Sebuah pesawat penerbangan dalam negeri di Libya dibajak oleh seorang pria yang mengaku memiliki granat tangan pada Jumat 23 Desember 2016. Pesawat  dengan 118 orang di dalamnya itu kemudian dialihkan ke Malta.
Pembajak itu mengaku kepada kru pesawat sebagai simpatisan Gaddafi dan ia bersedia untuk membiarkan semua 111 penumpang meninggalkan Airbus A320, tetapi tidak dengwn tujuh awak pesawat, jika tuntutannya dipenuhi, menurut Times of Malta .
Tak jelas apa tuntutan sang pebajak. Beberapa laporan media mengatakan ada lebih dari satu pembajak. Mantan pemimpin Libya Muammar Gaddafi tewas dalam pemberontakan pada 2011, dan negara telah dilanda oleh kekerasan antar faksi sejak saat itu.
Pasukan mengambil posisi beberapa ratus meter dari pesawat saat pesawat itu berdiam di landasan dan tidak ada yang terlihat naik atau meninggalkannya.
Mesin pesawat ini masih menyala 45 menit setelah mendarat dengan terlambat pada pagi hari, menurut Times of Malta.
Beberapa penerbangan lainnya di Bandara Internasional Malta dibatalkan atau dialihkan. Seorang pejabat senior keamanan Libya mengatakan kepada Reuters bahwa saat pesawat masih mengangkasa pada Jumat pagi pilot melaporkan kepada menara kontrol di pihak berwenang penanggulangan dampak di bandara Tripoli bahwa pesawat itu telah dibajak.
“Pilot melaporkan kepada menara kontrol di Tripoli bahwa mereka sedang dibajak, kemudian mereka kehilangan komunikasi dengan dia,” kata pejabat itu, yang berbicara tanpa menyebut nama.
“Pilot berusaha sangat keras untuk mendaratkan pesawat di tujuan yang benar tetapi mereka menolak.” Sejumlah besar pejabat keamanan terlihat di penanggulangan dampak bandara setelah berita pembajakan.
Pesawat itu terbang dari Sebha di barat daya Tripoli, Libya, untuk maskapai milik negara Afriqiyah Airways, rute yang biasanya ditempuh dalam sekitar dua jam. Pulau Mediterania kecil, Malta, anggota Uni Eropa, berada sekitar 500 km (300 mil) utara dari Tripoli.
Perdana Menteri Malta Joseph Muscat berkicau di akun Twitter, “Menerima laporan situasi potensi pembajakan dari penerbangan internal #Libya yang dialihkan ke #Malta. Operasi keamanan dan tanggap darurat tengah berlangsung -JM.”.
Pembajakan besar terakhir di Malta adalah pada tahun 1985, ketika warga Palestina mengambil alih sebuah pesawat Egyptair. Pasukan komando Mesir menyerbu pesawat itu dan puluhan orang tewas.