Dalam hal perbandingan langsung dengan pesawat tempur siluman Angkatan Udara AS baik F-22 Raptor dan F-35 Joint Strike Fighter – J-20 harus diakui kalah dalam hal kemampuan siluman.
Analis militer Justin Bronk dalam tulisannya di CNN Selasa 1 November 2016 mengatakan, canard yang ada di bagian depan, mesin yang tidak terlindungi dengana babik dan stabilisator vertikal di bagian bawah adalah hal-hal yang akan menjadikan J-20 sulit membangun radar cross section rendah untuk menjadikan mereka sulit terdeteksi oleh radar.
China juga memiliki pengetahuan yang kurang signifikan dalam hal lapisan penyerap radar dibandingkan dengan Amerika Serikat. Yang paling penting, pesawat ini hampir tidak mungkin dilengkapi dengan teknologi sensor suite setara yang dibawa F-22 dan F-35.
Hal ini sangat penting karena tidak hanya fakta bahwa mereka sulit untuk terdeteksi radar yang membuat F-22 dan F-35 sangat mematikan, tetapi juga kesadaran situasional yang tak tertandingi dengan kemampuan sensor-fusion kepada pilot.
Namun, meskipun fakta bahwa J-20 hampir pasti tidak bisa setara dengan pesawat Amerika dalam sifat menghindari radar atau kemampuan kesadaran situasional, bukan berarti J-20 tidak memiliki keunggulan.
Pertama, pesawat ini berukuran lebih besar yang secara harfiah bisa diartikan mereka membawa bahan bakar yang lebih banyak hingga mampu menempuh rentang panjang tanpa tergantung pada tanker udara.Jangkaun panjang akan sangat penting dalam wilayah Asia-Pasifik yang sangat luas.
Pesawat juga memiliki teluk senjata internal yang lebih besar baik dibandingkan F-22 atau F-35, sehingga akan mampu membawa senjata lebih lebih besar, baik rudal udara ke udara maupun udara ke darat dibandingkan desain Amerika.
Akhirnya, dengan biaya produksi yang jauh lebih murah dibandingkan Raptor dan Lightening II, J-20 hampir pasti akan diproduksi dalam jumlah yang jauh lebih besar dari siluman Amerika dan ini akan menjadi kekuatan tersendiri.