Desain pesawat N129 yang tengah dikembangkan oleh PT Dirgantara Indonesia (PTDI), sepenuhnya dikerjakan oleh para ahli Indonesia.
“N219 seratus persen didesain sendiri, dan produksinya terutama untuk kebutuhan dalam negeri,” kata Direktur Utama PTDI Budi Santoso dalam wawancara dengan Antara Selasa 18 Oktober 2016.
Sementara kandungan lokal N219 dari sisi nilai barang sebesar 40 hingga 60 persen. “Satu-satunya saingan N219 adalah Twin Otter buatan Kanada yang merupakan pesawat era 1960-an. Nantinya N219 menjadi moda transportasi udara yang sangat sesuai untuk membuka wilayah-wilayah terpencil sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekaligus menjaga pertahanan dan keamanan nasional,” katanya.
Pesawat N219, kata dia, akan disertifikasi di dalam negeri oleh Kementerian Perhubungan dan Badan Keselamatan Penerbangan Eropa (EASA).
Saat ini, PTDI memfokuskan produksi pesawat berbadan kecil dengan jumlah kursi paling banyak 50 buah serta dilengkapi teknologi Short Take-Off and Landing (STOL) atau mampu tinggal landas dan mendarat di landasan pendek (800 meter) serta berpermukaan kasar guna mendukung kegiatan penerbangan di wilayah terpencil.
“N219 mempunyai 19 kursi penumpang dengan teknologi yang di-upgrade (ditingkatkan), dari sisi aerodinamik dan avionik,” ungkap Budi.
Dia berharap, produk pesawat terbang PTDI yang cocok untuk wilayah pedalaman bisa menghubungkan masyarakat yang mendiami daerah terpencil dengan mereka yang tinggal di tempat lainnya di Tanah Air sehingga dapat memperkuat persatuan bangsa.