Rencana westernisasi Condor telah ada sejak dulu termasuk rencana untuk menyingkirkan jenis mesin turbofan Progress D-18T dan menggantinya dengan General Electric CF6. Namun avionik adalah kebutuhan yang paling mendesak saat ini untuk bisa melepaskan diri dari rantai ketergantungan dengan Rusia. Mereka juga dapat mengurangi kebutuhan awak pesawat, yang intensif. Upgrade kecil sebelumnya telah mengurangi awak kokpit dari enam menjadi empat. Perbaikan avionik reparasi yang lebih luas dapat mengurangi awak hanya menjadi dua selain juga akan sangat meningkatkan kehandalan pesawat ini.
Sumber suku cadang baru dan membuang yang lama juga menjadi isu utama jika ingin Condor dan Mrryia tetap terbang tanpa bantuan Rusia.
Selama KTT transportasi dan pasukan reaksi cepat NATO baru-baru ini, Aviation Week melaporkan bahwa Oleksandr Kiva, Wakil Presiden dan Wakil Desainer Umum Antonov, mengatakan kepada peserta “Situasi politik telah secara dramatis meningkatkan kebutuhan akan suku cadang Barat.”
Dengan demikian, Antonov bergerak untuk memodifikasi An-124 agar masuk ke rantai pasokan pasokan baru yang kebarat-baratan. Pesawat pertama yang dilengkapi dalam konfigurasi baru ini akan terbang tahun depan setelah sejumlah teknologi barat diinstal ke Condor yang akan melalui perawatan yang mendalam. Penerbangan uji akan dimulai tak lama setelah itu.
Inisiatif ini bisa mengakibatkan ledakan untuk Antonov. Jika berhasil akan terjadi perubahan dramatis dalam pemasok suku cadang dan bisa merintis jalan untuk pemesanan Condor yang lebih luas. Di sisi lain, hal itu bisa memberikan pemasukan fiskal pada perusahaan.
Negara-negara NATO khususnya, yang sangat bergantung pada armada Antonov untuk logistik di zona perang dan pelatihan. Mereka juga banyak kehilangan jika rantai pasokan yang stabil untuk Condor dan Mriya tidak dapat dibangun.
