Ide pesawat ini adalah membuat siapa saja yang mampu beli Ferrari tak harus terjebak macet di jalanan dengan terbang dalam batas ketinggian yang tak begitu mengganggu penerbangan komersial.
Pesawat amfibi Icon A5 terbang meluncur di atas George Washington Bridge yang menghubungkan New Jersey dengan Manhattan, Amerika Serikat. Cukup tinggi untuk membuat pilotnya gugup, tapi cukup rendah karena dari ketinggian itu, warna pelat mobil di bawah sana masih tampak perbedaannya.
Inilah kendaraan amfibi yang diproyeksi bakal jadi mainan orang kaya setelah bosan dengan mobil sport Ferrari, Porsche atau Lamborghini mereka. Terbang demi bersenang-senang. Dengan sedikit peraturan saja. Tak perlu disibukkan petugas Transportation Security Administration (TSA) atau garis pengamanan. Tak perlu banyak menjalin komunikasi dengan otoritas udara seperti air traffic control. Punya sayap, tinggal melayang-layang di langit kota.
A5 adalah pesawat serat karbon yang dipatok seharga US$250.000 (Sekitar Rp3,3 miliar). Bisa dibilang mahal. Tapi ini jelas angka yang murah karena ini bukan harga yang harus dibayar untuk sebuah mobil sport yang hanya bisa mengaspal di darat. Ini harga sebuah pesawat privat dengan kemampuan landing di darat maupun di perairan.
Dan untuk menerbangkannya, Anda dapat belajar mengoperasikannya dalam waktu kurang dari yang dibutuhkan untuk main monopoli. Ini pesawat amfibi. Bisa lepas landas dan mendarat baik di tanah maupun air. Dan jika Anda keliru mengoperasikan, Anda dapat terjun dengan parasut untuk mendarat lembut ke darat.
Icon memang ingin mengubah dunia penerbangan dengan menarik orang-orang yang selama ini mampu membeli mobil sport semacam Ferrari. Perusahaan ini didirikan pada2006 dan baru-baru ini pindah ke Vacaville, di Northern California, sekitar 50 mil timur laut dari San Francisco.
Satu-satunya produk perusahaan ini adalah A5, yang pertama kali diperkenalkan sebagai prototipe pada 2008 dan baru-baru memperoleh sertifikasi kelaikan udara dari FAA. Pengiriman kepada pelanggan pun akan dimulai pada tahun ini.
Icon mengaku sudah mengantongi sekitar 1.500 calon pelanggan yang telah membayar persekot.
A5 adalah salah satu dari generasi baru pesawat, yang disebut Light Sport Aircraft (LSA). Pesawat ini dibatasi berat, kecepatan, dan hanya punya dua kursi di dalamnya. Kabin tidak bertekanan, sehingga ia memiliki batas ketinggian yang cukup rendah. Ide umumnya, LSA merupakan pesawat yang efisien, tak ribet dan mudah dioperasikan.
Keberadaan LSA justru ada karena munculnya restu dari otoritas penerbangan di AS, Federal Aviation Administration (FAA). “Kami harus berterima kasih kepada FAA yang telah memungkinkan LSA direstui sebagai alat transportasi udara,” kata CEO dan pendiri Icon, Kirk Hawkins. “Industri ini [aviasi] telah diatur bertahun-tahun. Dan FAA membuat semuanya menjadi mungkin,” ungkapnya.
Pada 2004, lembaga itu telah membuka langit LSA untuk Icon. Lembaga itu mengeluarkan lisensi jenis sport untuk kendaraan udara itu. Sehingga cukup penerbang dengan lisensi pilot bisa mengendarai LSA ini. “Idenya adalah membuat orang bisa terbang dengan menyenangkan,” kata Hawkins.
Untuk mendapat lisensi penerbangan sport, seseorang hanya butuh sedikitnya 20 jam pelatihan penerbangan. Ada keterbatasan, tentu saja. Pilot LSA tidak bisa terbang di malam hari, di wilayah udara padat, atau dalam cuaca buruk. Tapi hebatnya, pembatasan tersebut tidak memiliki banyak dampak saat melewati koridor di atas Sungai Hudson yang berlatar pemandangan padatnya bangunan di perkotaan New York.
Di satu sisi, Icon laksana sebuah iPod dari pesawat pribadi: Kecil, gaya dan intuitif. Terdapat delapan instrument cluster yang mudah dibaca (ditambah indikator sikap digital). Emblem Icon yang mengkilap di dasbor di depan kursi penumpang menambah hidup suasana kokpit yang sekaligus menjadi kabin di dalamnya.
Di belakang kursi, terdapat kargo untuk tas daypack dan beberapa serba-serbi. Dua sayap lipat mengunci tempat lebih ramping, kabin putih-perak dan ekor belati-seperti menonjol keluar dari bawah kursi.
Segala kemewahan Icon A5 betul-betul menujukkan ini bukan pesawat biasa. Jika Cessna Skyhawk – dalam produksi berbagai bentuk sejak 1956-adalah Toyota Corolla pesawat pribadi, Icon A5 adalah Porsche Cayenne . Bentuknya ramping dan langsing, dengan sayap tumbuh di bagian atas belakang kokpit. Serat karbon propeler di belakang sayap. Semua itu adalah desain radikal, bukan layaknya pesawat pribadi yang umumnya pernah diperkenalkan kepada khalayak.
Memiliki panjang tujuh meter, dengan kursi kecil seukuran kursi untuk awak kabin yang bisa dilipat ke belakang. Memiliki tinggi 2,4 meter, sayap pesawat ini membentang selebar 10,5 meter. Landing gear bisa ditarik saat digunakan untuk pendaratan air, dan sayap bisa dilipat agar bisa ditarik pada sebuah trailer. Karena bobotnya yang ringan (685 kg), hanya membutuhkan mesin 100-tenaga kuda – a Rotax 912 – untuk mendorong ke kecepatan tertinggi 177 km/jam dengan jarak tempuh hingga 450 mil.
Ikon mengklaim A5 adalah pesawat pertama di dunia dengan desain “spin-resistant”. Hawkins mengatakan teknologi ini tercampur dalam desain keseluruhan, dan merupakan hasil dari serangkaian solusi rekayasa. “Aku tidak bisa menjelaskannya hanya dengan menunjuk ke satu elemen,” katanya. “Anda akan mengalami sendiri nanti jika telah di udara.” Tertarik? (SUMBER: The Verge, flyingmag.com)
[embedyt] http://www.youtube.com/watch?v=uz7nlgAjcvM[/embedyt]
[embedyt] http://www.youtube.com/watch?v=WCFZbl7lNvc[/embedyt]