Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akhirnya mengizinkan komersialisasi Bandara Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan, asalkan pengelolaan bandara itu berada di bawah Angkasa Pura II (AP II). Namun penerbangan di bandara yang kini dikelola anak usaha Pertamina, Pelita Air Service itu hanya dibatasi sampai enam penerbangan sehari.
Seperti diketahui, Bandara Pondok Cabe selama ini hanya melayani penerbangan khusus untuk kepentingan Pertamina ke sejumlah kota di Indonesia. Operasional penerbangan di bandara ini pun sangat terbatas dan tidak banyak.
Director of Operations & Engineering Angkasa Pura II Djoko Murjatmodjo mengatakan, setelah menjadi bandara umum, Bandara Pondok Cabe hanya akan melayani hingga enam penerbangan sehari. Seluruh penerbangan itu bakal dioperasikan Garuda Indonesia menggunakan pesawat ATR 72-600. “Bandara Pondok Cabe itu berbeda jauh dengan Bandara Soekarno-Hatta, trafficnya nanti empat sampai enam penerbangan dalam sehari,” ujar Djoko seperti dikutip sindonews.com.
Selain itu, seluruh pesawat yang beroperasi di bandara itu hanya akan menggunakan baling-baling, dan bukan pesawat jet. Sehingga dijamin tidak akan terjadi jet blast seperti halnya di bandara komersial lainnya. “Tingkat kebisingan relatif rendah, dorongan mesinnya juga tak sama dengan mesin jet,” jelas dia.
Menurutnya, kendati di media massa telah dikatakan AP II akan menjadi pengelola Bandara Pondok Cabe, namun pada dasarnya AP II baru mendapat tugas dari Kementerian Perhubungan pada dua pekan lalu. “Jadi kami juga baru dapat tugas dua pakan lalu, kami diminta mengelola Bandara Pondok Cabe, itu bandara kan punya Pelita. Kami baru rapat sekali, di situ [dalam rapat] ada TNI AU, Pertamina, Pelita, Airnav Indonesia dan pemerintah daerah Tangsel,” kata dia.
Adapun hasil rapat dua pekan lalu itu menghasilkan keputusan, Kementerian Perhubungan akan membentuk dua tim. “Satu tim akan mengkaji ruang udara, satu lagi mengkaji bandara,” terangnya.
PT Angkasa Pura II telah mengirimkan tim-nya untuk melakukan inventarisasi lokasi yang bertujuan untuk mengetahui apa saja yang kekurangan untuk mengubah dari bandara khusus menjadi bandara umum komersil di bandara itu.