Rencana ambisius liberalisasi penerbangan (open skies) antara Eropa dan Asia Tenggara (ASEAN) menuju langkah lebih lanjut. Namun ada sejumlah ganjalan yang sulit mewujudkan rencana itu dalam waktu dekat.
Jika ambisi ini terwujud, perjanjian yang bertujuan untuk menghapus semua pembatasan akan segera diteken, sehingga penerbangan dari operator di kedua belah pihak, semua dapat beroperasi di dua kawasan. Kesepakatan itu akan menjadi kesepakatan udara antarblok yang pertama dalam sejarah penerbangan.
Komisioner Transportasi Uni Eropa Violeta Bulc telah menggelar pertemuan kunci dengan sejumlah pejabat transportasi ASEAN, termasuk Menteri Transportasi Singapura Khaw Boon Wan, pada Minggu (14/2/2016), menjelang pembukaan Singapore Airshow 2016.
“Ini memang tidak mudah untuk mewujudkannya, tapi setidaknya sudah ada political will cukup kuat antara kedua pihak,” kata Bulc seperti dikutip The Straits Times, Selasa (16/2/2016) di sela-sela Pertemuan Para Pemimpin Aviasi Dunia dalam Singapore Airshow 2016.
“Pembicaraan dengan pejabat transportasi Asean cukup konstruktif dan menggembirakan,” katanya, “Kendati ada sejumlah tantangan, seperti perbedaan sudut pandang dan adanya keragaman dalam 28-anggota Uni Eropa.”
“Kami memiliki perbedaan serupa di Eropa dan banyak keanekaragaman, misalnya dalam pembangunan infrastruktur dan kapasitas investasi, tetapi sedikit demi sedikit, kami menemukan kesamaan dan bergerak maju,” kata dia.
“Saya tidak sedang mendongeng. Ini akan menjadi tantangan besar. Akan banyak pekerjaan, tapi hal yang baik adalah bahwa Anda memiliki negara lebih sedikit dibanding kami.”
Desakan liberalisasi Uni Eropa-ASEAN mencuat dengan tumbuhnya trafik udara antara Asia dan Eropa, dan adanya ekspansi besar-besaran dari maskapai di Timur Tengah melebihi yang dilakukan para maskapai Eropa dan ASEAN.
Lalu lintas penumpang antara Uni Eropa dan negara-negara anggota ASEAN telah tumbuh sekitar 5 persen per tahun dalam beberapa tahun terakhir, namun jumlah penerbangan langsung sebagian besar telah mengalami stagnasi.
Terlepas dari liberalisasi udara, Komisi Eropa juga kini tengah fokus pada isu-isu lain yang mempengaruhi industri penerbangan, seperti pengurangan emisi karbon dan standardisasi skrining penumpang yang cukup ketat.
Dalam masalah emisi, kata Bulc, Eropa terdorong oleh kemajuan yang telah dibuat di tingkat global, yang dipimpin oleh Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO). Tujuannya adalah mengembangkan ukuran berbasis pasar global untuk emisi industri mulai 2020.
Salah satu panelis dalam pembicaraan itu, Willie Walsh, chief executive dari International Airlines Group mengatakan: “Dunia tidak mau tahu dari mana CO2 yang dihasilkan. Gas tidak mengenal batas teritori. Ini adalah masalah global … yang membutuhkan solusi global.”
Adapun untuk urusan keamanan dan keselamatan, diskusi mengarah pada pembahasan mengenai standar harmonis global.
Skrining di bandara, misalnya, bisa dibikin tidak rumit jika semua negara yang terikat dalam perjanjian openskies sudah saling mengakui standar keamanan dan pemeriksaan masing-masing negara.