Angkatan Udara Amerika akan mempertimbangkan desain clean sheet atau pesawat tempur yang benar-benar baru untuk menggantikan F-16.
Ini adalah berita yang aneh, mengingat Angkatan Udara Amerika selama beberapa dekade telah bersikeras bahwa pengganti F-16 adalah F-35A Joint Strike Fighter. Angkatan Udara juga menegaskan tidak akan pernah membeli jet tempur non-siluman lagi.
Kepala Staf Angkatan Udara Amerika Jenderal Charles Q. Brown Jr mengatakan pesawat tempur baru yang dipertimbangkan adalah generasi 4,5 atau generasi kelima. Meski Brown tidak memberikan alasan mengapa Angkatan Udara akan mengembangkan pesawat baru daripada terus membeli F-35, satu alasan yang jelas adalah biaya. F-35 pada tahun 2001 dibanderol dengan label harga US$ 50 juta. Ini setara dengan US$ 73,2 juta dengan nilai dolar tahun 2021. Label harga pesawat telah turun drastis selama dekade terakhir dari hampir US$ 300 juta untuk setiap untuk jet turun menjadi US$ 77,9 juta.
Harga per unit F-35 memang telah turun, tetapi biaya per jam penerbangan masih sangat tinggi yakni US$ 44.000. Pilot Angkatan Udara rata-rata terbang 200 jam setahun, atau 350 jam setahun selama penyebaran. Jadi itu antara US$ 9 hingga US$ 15,7 juta per pilot per tahun. Seorang pilot dengan 1.000 jam di kokpit menghabiskan biaya US$ 44 juta, lebih dari setengah harga pesawat tempur baru.
Sejak 2019, Angkatan Udara dan Lockheed Martin telah berusaha menurunkan biaya per jam menjadi US$ 25.000, tetapi Pentagon telah lama percaya angka itu mungkin tidak dapat dicapai. Angkatan Udara juga telah memperingatkan bahwa jika biaya tidak turun layanan tersebut dapat membeli lebih sedikit F-35.
Angkatan Udara berkomitmen untuk membeli 1.763 F-35A, tetapi jika mereka memangkas pesanan F-35, masih membutuhkan pesawat untuk mengisi skuadronnya. Pesawat tempur generasi 4.5 baru yang dibicarakan Brown akan menjadi pesawat itu.
Mengapa Angkatan Udara tidak mempertimbangkan untuk membeli F-16 baru? Itu pertanyaan yang bagus. Angkatan Udara membeli F-15 baru yakni F-15EX. Dan seperti Eagle, F-16 yang dijual ke luar negeri terus mendapat peningkatan teknologi terbaru. Pesawat ini telah memperoleh mesin, radar, dan senjata baru sejak pertama kali diluncurkan pada awal 1980-an dengan menambahkan sekitar 5.000 pon peralatan dalam prosesnya. Lockheed Martin menawarkan versi terbaru, F-16V, dilengkapi dengan teknologi dari F-22 Raptor dan F-35 Joint Strike Fighter.
Jenderal Brown bersikukuh F-16 – bahkan versi yang jauh lebih baik dari jet era 1970-an – bukanlah pilihan yang tepat untuk Angkatan Udara masa depan. Dia menunjuk pada ketidakmampuan Viper untuk menerima pembaruan perangkat lunak dengan kecepatan yang diinginkan dan kurangnya protokol perangkat lunak arsitektur terbuka yang memungkinkannya untuk dikonfigurasi ulang dengan cepat.
Seperti dilaporkan War Zone, Brown mengatakan dia ingin pesawat baru itu menampilkan sistem misi terbuka yang akan memungkinkan petarung baru ini menerima pembaruan perangkat lunak secara berurutan, bahkan mungkin selama misi.
Pesawat baru ini juga akan memiliki beberapa kemampuan terbaru, tetapi bisa didapat dengan lebih cepat karena menggunakan beberapa pendekatan digital. Brown mengacu pada teknik rekayasa digital baru yang baru-baru ini digunakan Angkatan Udara untuk secara diam-diam membangun, merancang, dan menguji jet tempur baru hanya dalam satu tahun. Sebagai perbandingan, F-35 membutuhkan waktu sekitar 13 tahun untuk terbang.
Jenis rekayasa digital serupa yang disebut konsep eSeries juga telah menjadi ciri khas jet latih baru Angkatan Udara Amerika T-7A Red Hawk, serta program Next Generation Air Dominance (NGAD). September 2020 lalu, Angkatan Udara mengkonfirmasi bahwa beberapa bentuk prototipe NGAD telah terbang. Brown mengatakan pesawat tempur taktis baru akan disesuaikan untuk bekerja melengkapi NGAD, serta F-35.
Selain itu F-16 mungkin tidak memiliki fitur yang diinginkan Angkatan Udara termasuk daya rentang yang tidak panjang. Munculnya militer China dan Rusia yang kembali berenergi berarti para perencana harus mempertimbangkan potensi konflik di Asia-Pasifik atau Eropa yang melibatkan jarak yang sangat jauh. Sebuah petarung Angkatan Udara Amerika yang berbasis di Italia mungkin harus terbang lebih dari 1.000 mil untuk menyerang target di Rusia. Atau pesawat tempur yang berbasis di Guam membutuhkan kemampuan untuk mencegat pembom China pada jarak maksimum, sebelum mereka dapat meluncurkan rudal hipersonik.
Menerbangkan misi semacam yang tidak terbayangkan ketika F-35 pertama kali dirancang itu akan memaksa Joint Strike Fighter untuk mengisi bahan bakar dari tanker pengisian bahan bakar udara dan membawa tangki bahan bakar eksternal yang akan membuatnya lebih mudah untuk dilihat di radar.
F-22 dan F-35 disebut sebagai jet tempur generasi kelima terutama karena penggunaan teknologi siluman. Pesawat tempur generasi 4,5 umumnya adalah jet tempur non-siluman dengan teknologi generasi kelima di dalamnya. Mempertahankan lapisan dan bahan siluman jet adalah bagian besar dari biaya pengoperasian F-35 yang tinggi, jadi membuang stealth akan menghemat banyak uang. Pesawat tempur itu akan memiliki beberapa teknologi anti-radar tetapi tidak memiliki garis dan bentuk sudut jet siluman.
Pesawat tempur generasi 4,5 akan lebih besar dari F-16, untuk mengakomodasi pasokan bahan bakar internal yang lebih besar. Sisanya pesawat kemungkinan akan memiliki fitur yang sama dengan F-35, termasuk radar AESA, kamera inframerah 360 derajat, dan kemampuan untuk berbagi data dengan pesawat, kapal, dan aset militer lainnya. Seperti F-16, pesawat baru ini akan memiliki mesin tunggal.
Apa artinya ini bagi F-35? Angkatan Udara masih membutuhkan F-35 untuk membantu membersihkan langit dari pesawat musuh dan menembus pertahanan udara musuh. Tetapi itu bisa sangat mengurangi jumlah yang dibeli. Jika Angkatan Udara benar-benar membangun pesawat tempur 4.5, sulit untuk melihat F-35 sebagai program yang berhasil.