Sukhoi yakin jet tempur Su-57 yang mereka bangun akan mampu mengalahkan F-22 dan F-35 milik Amerika Serikat.
Alasannya, sejak awal jet tempur yang dijuluki NATO sebagai Felon tersebut sudah dirancang agar bisa memaksimalkan semua kemampuan baik dalam serangan darat maupun pertempuran udara.
Kepala Biro Desain Sukhoi, Mikhail Strelets dalam sebuah wawancara dengan jurnal perusahaan dari Russian United Aircraft Corporation dan dikutip Sputnik Selasa 31 Maret 2020 mengatakan F-22 diciptakan khusus untuk keperluan pertempuran udara dan ketika diputuskan untuk digunakan sebagai platform serangan darat, teknisi Amerika menghadapi masalah besar. Menurut Strelets, mereka tidak dapat memperpanjang kompartemen rudal F-22 hingga jet tempur tidak dapat dipersenjatai rudal udara ke darat yang paling kuat.
F-35 memiliki masalah serupa. Pesawat tempur ini dirancang dengan fokus pada kemampuannya untuk menyerang target darat, tetapi tidak memiliki akselerasi dan kemampuan manuver. Ini membuat F-35 kurang layak dalam skenario dogfighting, bahkan dibandingkan dengan jet tempur generasi keempat, apalagi penerus mereka, seperti Su-57.
“Su-57 pada sejak awla dirancang sebagai jet tempur serbaguna yang mampu memenuhi berbagai peran. Kemampuan manuver yang tinggi bukanlah persyaratan utama untuk jet yang diproduksi oleh negara-negara Barat. Mereka fokus pada pertarungan jarak jauh, bukan pertempuran langsung. Kami alih-alih berfokus pada keduanya, , kata Strelets.
Kepala Biro Desain Sukhoi juga mencatat bahwa kemampuan manuver Su-57 sangat diakui oleh beberapa komandan militer barat, seperti mantan Letnan Jenderal Angkatan Udara Amerika Dave Deptula, yang memuji aerodinamika jet yang baik dan vektor dorong mesin yang sepenuhnya dapat dikendalikan.
Sekitar 76 jet tempur Su-57 akan dikirim ke Angkatan Udara Rusia pada tahun 2028. Sebanyak 13 jet sejauh ini telah dibuat.