Rusia tidak hanya meningkatkan kekuatan jet tempur mereka termasuk dengan akuisi S-57, Su-35, peningkatan MiG-31 dan bomber.
Angkatan Udara Rusia juga memprioritaskan untuk mengakuisisi pesawat pendukung yang lebih canggih termasuk pesawat peringatan dini atau airborne early warning (AWACS).
Rusia saat ini masih mengandalkan A-50 sebagai AWAC. Pesawat ini terhitung tua karena beroperasi sejak 1989. Meski masih memberikan kemampuan yang kuat, tetapi belum bisa melawan E-3 Sentry Angkatan Udara Amerika, terlebih jumlahnya juga jauh lebih sedikit.
Platform AWACS Rusia juga diisi A-50U, yang memasuki layanan pada 2013 dengan radar dan sistem peperangan elektronik yang jauh lebih kuat daripada platform buatan Soviet. Selain itu Rusia juga menyiapkan A-100 yang lebih mahal yang direncanakan akan memasuki layanan pada awal 2020-an.
Analis Rusia secara luas menyebut A-50U sebagai desain sementara sampai penerusnya yang lebih maju menyelesaikan pengembangan.
Pengenalan komponen elektronik modern telah memungkinkan platform AWACS bisa ditempatkan pada pesawat yang lebih ringan dan lebih kecil – tetapi juga jauh lebih kuat. Ini berarti platform AWACS di masa mendatang akan dapat bertahan di udara secara signifikan lebih lama, dan akan dapat melacak lebih banyak target secara bersamaan.
Kemampuan platform untuk memandu rudal menuju target musuh pada jarak jauh juga akan ditingkatkan. A-50U mewakili peningkatan yang cukup besar dalam hal ini, dan kemampuannya untuk tetap terbang selama lebih dari 9 jam dengan pengisian bahan bakar mewakili peningkatan 15-20% dibandingkan A-50.
Pesawat juga membawa radar Vega Shmel II untuk menggantikan Shmel yang ada pada A-50. Radar ini dapat mendeteksi peluncuran rudal pada jarak lebih dari 1.000 km. sedangkan radar lama hanya pada 800km.
Shmel II juga dapat melacak pesawat tempur pada jarak 33% lebih jauh daripada Shmel A-50, dan dapat melacak hingga 300 objek dan memberikan 40 target ke pencegat. Sedangkan radar lama hanya dapat melacak 200 dan menyediakan hanya 20 untuk pencegat.
Bersamaan dengan radar yang lebih kuat dan lebih ringan, A-50U lebih mampu mendeteksi target berbasis darat dengan lebih tajam dan sistem komunikasi yang unggul serta memiliki akses ke uplink satelit.
Platform ini jauh lebih dapat bertahan daripada A-50 dengan sistem penanggulangan suar baru, penanggulangan elektronik aktif dan pasif dan reflektor radar yang semuanya dimaksudkan untuk menggagalkan potensi serangan jet tempur musuh.
Karena pesawat mungkin diperlukan untuk beroperasi selama lebih dari 24 jam, lima awak pesawat A-50U dan sepuluh operator peralatan dibawa terbang dengan fasilitas yang lebih nyaman termasuk area istirahat dan dapur.
Namun demikian, A-50U dianggap kurang mampu dibandingkan pesaingnya dari Amerika yang selama ini memang mendominasi area ini. Sejauh mana A-100 akan dapat menjembatani kesenjangan kemampuan masih harus dilihat, tetapi desain tampaknya sangat menjanjikan dan mungkin memberikan Rusia platform yang lebih unggul dari E-3 Amerika.
Rincian mengenai kemampuan A-100 masih sedikit, tetapi pesawat direncanakan akan menggunakan active electronic scaned array (AESA) dengan jangkauan deteksi yang dilaporkan 600km terhadap target di udara.
A-100 akan menggunakan badan pesawat baru, Il-76MD-90A yang akan memberikan efisiensi bahan bakar lebih besar hingga bisa terbang lebih lama. Selain itu juga memiliki avionik baru yang akan mengurangi beban kerja awak.
A-100 dilaporkan akan mampu melacak kapal perang musuh pada jarak hingga 400 km – kemungkinan lebih jauh untuk kapal berukuran lebih besar seperti kapal penjelajah Amerika.
Sensor kuat dan canggih dair platform diharapkan dapat menyediakan data pelacakan pesawat siluman Amerika seperti F-35.
Pada akhirnya A-100 diharapkan akan menjadi penantang atas dominasi E-3 Sentry yang sudah begitu terbukti kemampuan dan pengalaman tempurnya.