Pemerintahan Donald Trump kemungkinan akan memblokir pengiriman mesin pesawat jet LEAP 1C yang dikembangkan General Electric dan Safran SA Perancis ke China.
Beberapa sumber yang akrab dengan diskusi tentang masalah tersebut kepada Wall Street Journal mengatakan rencana tersebut muncul di tengah ketegangan baru atas dugaan pencurian teknologi
Mesin pesawat ini digunakan produsen kedirgantaraan China Comac untuk digunakan pada pesawat twinjet C919 yang mereka bangun. Pesawat sudah melakukan terbang pengujian dan rencananya akan diperkenalkan pada 2021. Namun rencana itu bisa berantakan jika jika Washington menolak lisensi ekspor.
Pertemuan kabinet antar-lembaga mengenai masalah ini diperkirakan akan berlangsung pada Februari ini untuk membahas mesin dan kebijakan terkait perdagangan China lainnya.
Bersamaan dengan mesin GE / Safran, pembatasan mungkin berlaku untuk komponen buatan Amerika lainnya untuk pesawat China, termasuk sistem kontrol penerbangan Honeywell International. Honeywell sebelumnya menyatakan minatnya untuk membangun sistem kontrol penerbangan untuk CRAIC CR929, sebuah pesawat twinjet berbadan lebar Rusia-China yang saat ini dalam pengembangan.
Menurut Wall Street Jorunal, para pejabat Amerika khawatir bahwa China akan merekayasa balik mesin yang dirancang Barat dan kemudian menghentikan pembelian setelah bisa membuat varian domestik.
Ini adalah teknik yang dianggap telah digunakan berulang kali oleh China selama beberapa dekade terakhir untuk segala hal mulai dari mainan hingga mobil dan peralatan militer. Namun, General Electric telah melobi untuk melanjutkan pengiriman dengan mengatakan rekayasa balik LEAP 1C terbukti lebih sulit daripada yang diyakini para pejabat Amerika. Perusahaan telah memasok mesin LEAP ke China sejak 2014 dan melaporkan tidak ada masalah.
Comac C919 melakukan penerbangan pertamanya pada Mei 2017, dengan pengiriman komersial akan dimulai tahun depan. Pesawat yang dimaksudkan untuk bersaing dengan Boeing 737 MAX dan Airbus A320neo tersebut, memiliki lebih dari 300 pesanan pasti dan lebih dari 1.000 komitmen dari lebih dari dua lusin maskapai penerbangan dan perusahaan China.
Konflik terkait teknologi antara Washington dan Beijing terjadi sebulan setelah penandatanganan apa yang disebut kesepakatan perdagangan Fase Satu, yang mengikat China untuk membeli barang-barang Amerika senilai sekitar US$ 200 miliar selama dua tahun ke depan.
Sementara itu, Washington berencana untuk mempertahankan kenaikan tarif untuk barang-barang Cina sampai fase kedua dan terakhir dari perjanjian perdagangan dapat dinegosiasikan dan disepakati di kemudian hari.
Ketegangan terkait teknologi AS-China meningkat awal bulan ini setelah Washington mengecam sekutu Inggris terkait keputusan Perdana Menteri Boris Johnson mengizinkan raksasa telekomunikasi China Huawei membangun bagian dari infrastruktur 5G di Inggris.
Pekan lalu, Amerika mendakwa Huawei dan dua anak perusahaannya dengan tuduhan melakukan pencurian kekayaan intelektual dari enam perusahaan Amerika dalam skema yang telah berlangsung lebih dari 20 tahun.
Jaksa penuntut di pengadilan New York menuduh perusahaan teknologi tersebut mengarahkan karyawan untuk mencuri dari perusahaan-perusahaan Amerika dan menjanjikan bonus kepada mereka yang bisa mendapatkan informasi yang paling berharga.
Tuduhan baru ini memperburuk tuduhan terhadap perusahaan yang diluncurkan pada tahun 2019, ketika Huawei dituduh mencuri rahasia dagang dari T-Mobile. Huawei menolak tuduhan baru itu, dengan mengatakan mereka “tidak ada hubungannya dengan fakta dan kenyataan.”