Maskapai Eropa, EasyJet minggu lalu mengumumkan bahwa mereka telah bekerja sama dengan perusahaan startup asal Amerika Serikat, Wright Electric untuk membangun sebuah pesawat terbang listrik. Pesawat yang diinginkan maskapai ini harus mampu menjalani rute pendek sejauh 335 mil atau kurang, seperti rute New York ke Boston atau London ke Paris.
EasyJet, maskapai penerbangan berbiaya rendah yang mengkhususkan diri pada penerbangan jarak pendek, mengatakan bahwa pesawat baru tersebut akan mencakup 20% perjalanan penumpangnya.
Maskapai ini mengatakan dengan bekerja sama dengan Wright Electric tahun ini mereka berharap dapat memiliki pesawat komersial bertenaga listrik yang bisa terbang pada dekade berikutnya atau sepuluh tahun lagi. “Kita bisa membayangkan masa depan tanpa bahan bakar jet dan kami sangat antusias untuk menjadi bagian dari itu. Sekarang lebih penting bila pesawat listrik jarak pendek akan terbang,” kata CEO EasyJet, Carolyn McCall.
Wright Electric didirikan pada 2016 oleh tim ahli kimia baterai, insinyur kedirgantaraan dan ahli kendaraan listrik dari NASA, Boeing ( BA ) dan Cessna. Perusahaan ini menerima dana dari Harvard University dan inkubator Y Combinator pemula, yang membantu mendanai Dropbox, Reddit dan Airbnb. EasyJet tidak mengungkapkan syarat finansial kemitraannya dengan startup.
Jeffrey Engler, chief executive Wright Electric, mengatakan bahwa bekerja dengan EasyJet adalah validasi kuat dari pendekatan teknologi mereka.
EasyJet mengatakan bahwa perusahaan startup itu telah menunjukkan uji terbang pesawat dua tempat duduk milik mereka. Jika bisa dalam ukuran kecil, maka itu menunjukkan bahwa teknologi tersebut dapat bekerja dalam skala yang lebih besar.
Pesawat listrik bisa menjadi game changer untuk penerbangan, karena bahan bakar merupakan salah satu biaya terbesar mereka. Teknologi ini juga lebih baik untuk lingkungan. “Seperti yang telah kita lihat dengan industri otomotif, industri penerbangan akan mencari teknologi listrik untuk mengurangi dampaknya terhadap lingkungan,” kata McCall.