Sebuah pesawat mata-mata Rusia terbang melewati wilayah udara Washington pada Rabu, 9 Agustus 2017. Tidak ada yang terjadi. Semua aman. Tidak ada upaya mencegah atau menembaknya. Pesawat itu terbang dengan nyaman dan santai. Menurut pejabat pemerintah AS, mungkin pesawat Rusia itu mengumpulkan informasi intelijen saat melakukan perjalanan di dekat Pentagon, Capitol dan gedung-gedung pemerintah lainnya.
Lalu, mengapa pemerintah AS membiarkan itu semua terjadi di atas mereka tanpa bisa melakukan apapun?
Pesawat Rusia Tupolev Tu-154 Rusia itu melakukan penerbangan dengan dasar perjanjian Open Skies, yang ditandatangani Rusia, Amerika Serikat dan 32 negara lainnya. Perjanjian tersebut menetapkan kriteria di mana negara-negara dapat melakukan penerbangan pengamatan tanpa senjata di atas wilayah negara peserta perjanjian tersebut dalam upaya untuk mempromosikan transparansi dan upaya pengendalian senjata internasional. Jadi, seperti kata Departemen Luar Negeri AS, pemerintahnya memang tidak bisa melarang, menghambat, pendeknya melakukan apapun terhadap tindakan Rusia tersebut.
Polisi di ibukota AS mengeluarkan sebuah peringatan pada Rabu yang menyatakan bahwa sebuah pesawat dengan ketinggian rendah yang terbang secara resmi akan memasuki wilayah udara mereka, dengan pembatasan waktu terbang antara pukul 11 pagi dan 3 sore. Peringatan tersebut tidak disertai dengan keterangan mengenai siapa pemilik pesawat tersebut. Namun ada penjelasan yang mengatakan bahwa pesawat itu ada kemungkinan akan terlihat cukup besar dan dapat terbang langsung ke kawasan udara Washington. “Penerbangan ini akan dipantau oleh Polisi di Washington dan agen pemerintah federal lainnya,” demikian keterangan disampaikan.
Seorang pejabat Departemen Pertahanan, yang berbicara tanpa mau menyebut namanya, memastikan bahwa penerbangan itu memang benar-benar dilakukan pemerintah Rusia dan beroperasi di wilayah tersebut melalui perjanjian yang sudah ditandatangani bersama.
Penerbangan tersebut, yang pertama kali dilaporkan oleh CNN, dilanjutkan pada Rabu malam dengan terbang melintasi properti Presiden Trump di Bedminster, N.J., di mana dia berlibur. Menurut pedoman perjanjian, pesawat udara AS boleh berada di atas pesawat Rusia itu untuk melakukan pengamatan saat penerbangan dengan dasar perjanjian Open Skies dilakukan.
Letnan Jenderal Vincent Stewart, direktur Badan Intelijen Pertahanan, berpendapat bahwa Rusia mungkin mengambil keuntungan dari perjanjian tersebut. Dia mengatakan kepada subkomite Komite Armed Services House mengenai ancaman itu. Dia bahkan menegaskan akan sangat senang apabila AS menolak penerbangan pesawat Rusia di atas wilayah AS di masa depan melalui Open Skies.
“Hal-hal yang dapat Anda lihat, jumlah data yang dapat Anda kumpulkan, hal-hal yang dapat Anda lakukan dengan pemrosesan pasca pengamatan, memungkinkan Rusia untuk mendapatkan data intelijen dasar yang luar biasa mengenai infrastruktur penting, basis, pelabuhan, semua fasilitas kita. Jadi dari sudut pandang saya, ini memberi mereka keuntungan yang signifikan,” Kata Stewart.
Amerika Serikat pernah melakukan penerbangan pengintaian serupa melalui perjanjian Open Skies dengan menggunakan pesawat pengamat Angkatan Udara OC-135B. Juru bicara Pentagon, Kapten Angkatan Laut Jeff Davis, membela program perjanjian itu.
“Kita harus ingat bahwa kita memiliki intelejen yang cukup bagus di banyak sisi dunia, sementara banyak negara lain tidak memiliki intelejen sebagus kita. Jadi, demi transparansi, terkadang bermanfaat untuk memungkinkan mereka melihat apa yang Anda lakukan atau apa yang tidak Anda lakukan,” kata Davis.