“Ini adalah kasus, dimana kursi pesawat kian sesak secara luar biasa.”
Begitulah hakim federal di Washington D.C., Patricia Millet, menggambarkan masalah ini. Dalam sebuah keputusan yang dia ambil bersama dua hakim lainnya pada Jumat pekan lalu, pengadilan memerintahkan Federal Aviation Administration (FAA) untuk meninjau ukuran kursi dan ruang untuk kaki di maskapai penerbangan komersial.
Sebelumnya, FAA telah menolak untuk memerintahkan maskapai memastikan seberapa besar sebenarnya ruang yang dimiliki seorang penumpang di pesawat. Namun keputusan hakim akan memaksa badan tersebut meninjau kembali masalah tersebut.
Dalam sebuah pernyataan Sabtu, seperti ditulis CNN, FAA mengatakan bahwa pihaknya mempelajari keputusan tersebut secara hati-hati dan akan mengambil setiap tindakan potensial yang dapat dilakukan untuk memenuhi perintah pengadilan tersebut.
Keputusan tersebut dikeluarkan setelah sebuah kelompok advokasi, Flyers Rights, mengajukan petisi FAA pada tahun 2015 untuk menerapkan peraturan baru untuk mengatur ruang duduk. FAA tidak menerima desakan itu, sehingga Flyers Rights mengajukan tuntutan ke pengadilan dan akhirnya memenangkan gugatan mereka. Kelompok itu merayakan keputusan hakim tersebut pada Jumat, dengan mengatakan bahwa pengadilan tersebut telah memberi Flyers Rights dan penumpang maskapai sebuah kemenangan.
Flyers Rights mengatakan bahwa kekhawatiran soal kursi maskapai yang kian kecil sebenarnya terkait keamanan. Penataan kursi yang terlalu rapat untuk mengangkut semakin banyak penumpang berpotensi membuat penumpang mengalami deep vein thrombosis. Itu adalah kondisi yang berpotensi fatal yang bisa menyebabkan penggumpalan darah di kaki seseorang.
Kelompok ini juga berpendapat bahwa ukuran kursi di maskapai penerbangan Amerika tidak sesuai dengan kebutuhan orang Amerika sendiri, mengingat obesitas yang meningkat. “Sepertinya sudah tidak diragukan lagi, kursi pesawat dan jarak antar kursi semakin kecil dan kecil, sementara penumpang Amerika semakin besar dalam ukuran,” kata hakim Millet dalam keputusannya.
Flyers Rights memberi bukti kepada pengadilan bahwa lebar rata-rata jok pesawat telah turun dari 18,5 inci di awal tahun 2000-an, menjadi 17 inci sekitar tahun 2005. Kursi yang menyusut terutama didorong oleh keputusan maskapai dalam rute terbang jarak jauh yang menambahkan kursi di setiap baris. Sementara ukuran kursi menyusut, tatanan mereka juga semakin rapat.
Jarak di antara kursi telah turun dari rata-rata 35 inci menjadi 31 inci, dan di beberapa pesawat terbang telah turun hingga 28 inci. Ini adalah pengukuran jarak antara satu titik di tempat duduk ke titik yang sama di tempat duduk di belakangnya.
American Airlines mengatakan pada Mei 2017 bahwa mereka berencana mengurangi luas ruang kaki beberapa kursi kelas ekonomi pada Boeing 737 barunya. Namun, rencana ini ditunda pada Juni, dan mereka berkomitmen untuk menetapkan jarak antar kursi di kelas ekonomi pada jarak 30 inci.
Sejumlah maskapai berpendapat bahwa menambah jumlah kursi di pesawat berdampak positif baik bagi operator maupun penumpang. Dengan menambah kursi, maskapai dapat menjual tiketnya lebih murah.
Sebagai perbandingan, maskapai Spirit Airlines dan Frontier Airlines menetapkan jarak antar kursi hanya 28 inci. Kemudian kelas ekonomi di Delta, dan United berjarak antara 30 sampai 31 inci. Sementara di JetBlue, Southwest, dan Alaska memiliki antara 31 dan 33 inci.
Di Amerika, FAA memang mengatur bagian penting dari kabin pesawat terbang, termasuk desain yang aman dari setiap kursi dan kemampuannya untuk menahan pendaratan atau benturan dengan dampak tinggi. Sejauh ini badan tersebut telah mengizinkan perusahaan penerbangan untuk menentukan sendiri ukuran dan ruang tempat duduk mereka. Syarat yang ditetapkan hanya satu, yaitu bahwa setiap pengaturan kabin maskapai penerbangan harus memungkinkan semua penumpang dan awak kapal dievakuasi dalam waktu 90 detik.