Etihad Airways mengatakan bahwa pihaknya akan terus menghadapi badai keuangan pada 2017. Faktor lingkungan yang menantang bagi industri penerbangan global sangat dominan. Maskapai ini baru saja menyampaikan laporan kerugian bersih sebesar 1,87 miliar dollar AS untuk tahun pajak 2016. Kerugian ini menandai penurunan yang signifikan, karena tahun sebelumnya mereka masih untung 103 juta dollar AS.
Dalam sebuah pernyataan, maskapai yang berbasis di Abu Dhabi tersebut memaparkan, sebagian besar kerugian karena faktor biaya pesawat yang mencapai 1,06 miliar dollar AS. Ada juga biaya 808 juta dollar AS untuk aset dan eksposur kepada mitra ekuitas, terutama yang berkaitan dengan Airberlin dan Alitalia. “Lingkungan persaingan yang terus berkembang cenderung mempengaruhi kinerja secara keseluruhan di tahun 2017,” kata Ray Gammell, chief executive officer interim Etihad.
Dari sisi pendapatan, Etihad melaporkan pemasukan sebesar 8,36 miliar dollar AS pada 2016, turun 7 persen dari 9 miliar dollar AS yang tercatat pada 2015. Jumlah penumpang naik menjadi 18,5 juta pada tahun 2016 dari 17,6 juta di tahun sebelumnya.
Etihad mengatakan bahwa maskapai ini terus menerapkan perubahan di seluruh sisi bisnis sebagai bagian dari tinjauan strategis komprehensif. Fokus mereka adalah peningkatan pendapatan dan pengurangan biaya. Namun, maskapai ini tidak memberikan rincian tentang bagaimana rencana untuk meningkatkan pendapatan atau mengurangi biaya tersebut.
Saat ini, yang jelas Etihad tengah melakukan tinjauan strategis mencakup peninjauan investasi di perusahaan penerbangan Eropa Alitalia dan Airberlin. Di kedua maskapai itu, Etihad memiliki masing-masing 49 persen dan 29 persen saham.
“Berbagai faktor berkontribusi terhadap hasil yang mengecewakan pada 2016. Dewan dan tim eksekutif telah bekerja sejak tahun lalu untuk menangani masalah dan tantangan melalui tinjauan strategis komprehensif, yang bertujuan meningkatkan kinerja di seluruh lini bisnis, mencakup kajian menyeluruh terhadap strategi kemitraan ekuitas maskapai kami,” kata Mohammad Al Mazroui, ketua dewan Etihad Aviation Group dalam sebuah pernyataan.
Peter Baumgartner, chief executive officer Etihad Airways mengatakan industri penerbangan menghadapi kelebihan kapasitas, penurunan ukuran pasar pada rute utama, dan perubahan perilaku konsumen karena ekonomi global yang lemah. “Semua berada di bawah tekanan, dengan kelas bisnis terkena dampak lebih besar. Posisi belanja bahan bakar kami, yang membantu menstabilkan biaya belanja bahan bakar selama lonjakan harga minyak, secara signifikan mempengaruhi basis biaya tahun lalu. Dan itu akan meruncing pada 2017,”kata Baumgartner.
Kerugian juga terjadi di maskapai lain yang berpusat di kawasan ini. Pada Mei, Emirates yang berbasis di Dubai melaporkan penurunan laba bersih 82 persen dari laba bersihnya. Mereka melihat 2016 sebagai tahun yang penuh gejolak untuk penerbangan dan perjalanan.
Para analis setuju dengan sentimen umum terhadap industri penerbangan. Peter Morris, kepala ekonom Ascend, konsultan yang berbasis di Inggris, mengatakan bahwa Etihad akan menghadapi tantangan tahun ini baik dari operasi sendiri maupun investasi pada perusahaan penerbangan lain, yaitu Alitalia dan Airberlin. “Begitu banyak tantangan dari lingkungan ekonomi dan politik secara keseluruhan, jadi ini tidak terkendali. Yang harus Anda lakukan adalah memastikan skala bisnis Anda sesuai dengan batasan itu. Pastikan Anda memiliki rute terbaik dan hasil terbaik,”katanya.