Emirates diyakini sedang berada pada tahap akhir untuk melakukan pemesanan Boeing 787 Dreamliner. Maskapai raksasa ini sedang bersiap meluncurkan kemitraan dengan flydubai, sebuah operator penerbangan berbiaya rendah di regional yang sama. Kemitraan ini akan menentukan langkah selanjutnya, apakah pesawat bikinan Boeing atau Airbus yang akan dibeli.
Emirates akan membutuhkan sekitar 50 sampai 100 berukuran sedang untuk penerbangan rute jarak menengah. Kemungkinan, mereka akan membeli model 787-9 atau 787-10, menurut sebuah sumber. Namun meski begitu, belum ada kepastian keputusan karena masih ada dua seri yang ada di meja rapat Emirates, yaitu Airbus A350 dan 787 Dreamliner.
Perusahaan ini menolak berkomentar ketika ditanya mesia kapan akan menandatangani kesepakatan pembelian pesawat. Juru bicara Emirates menolak untuk mengungkapkan informasi lebih lanjut, dia hanya menyatakan bahwa mereka secara teratur melihat kebutuhan armada dan akan terus melakukan pembelian karena perusahaan itu terus tumbuh. “Untuk saat ini, prioritas kami adalah mengoptimalkan penggunaan armada untuk memenuhi permintaan pelanggan,” kata juru bicara itu.
Saj Ahmad, seorang konsultan di Strategic Aero Research, memberikan analisa, bahwa Emirates kemungkinan akan membeli lebih banyak Dreamliner dari Boeing. “Emirates akan membeli 787, pasti itu. Emirates tidak pernah memesan ulang jet yang pernah dipesannya dan kemudian dibatalkan. Ingat, maskapai ini pernah membatalkan pembelian A340-600 pada 2006 dan setelah itu mereka tidak pernah membelinya lagi. Kemudian, mereka juga tidak membeli A350-900 dan A350-1000 pada 2014, dan mereka tidak akan melakukan itu lagi,” kata Ahmad kepada media di Timur Tengah.
Ahmad menambahkan bahwa harga Dreamliner tercatat cukup bersaing saat ini karena dukungan penuh dari Boeing. “Itulah sebabnya saya yakin Emirates akan segera mengambil keputusan dan tidak akan meninggalkan seri 787,” ujar Ahmad.
Seri Dreamliner juga dianggap cocok ketika Emirates akan menjalin kemitraan codeshare baru dengan flydubai yang diumumkan minggu ini. Kesepakatan tersebut mencakup peningkatan kesesuaian jadwal dan optimalisasi jaringan ke lebih dari 200 destinasi. Keduanya akan semakin kuat di kawasan Timur Tengah karena akan melayani penumpang dengan 380 pesawat gabungan. Namun, kedua maskapai tersebut akan terus dikelola secara independen tanpa rencana merger penuh.
CEO Emirates, Sheikh Ahmed bin Saeed Al Maktoum mengatakan beberapa bulan lalu bahwa maskapai berbasis di Dubai ini mencari sinergi yang lebih besar dengan flydubai, karena harus merampingkan biaya operasional. Pada Mei 2017, Emirates melaporkan penurunan laba bersih sebesar 82 persen, ini adalah yang pertama kalinya sejak tahun fiskal 2011-2012. Emirates menybutkan bahwa persaingan ketat dan kenaikan dollar tanpa henti sebagai faktor utama dalam penurunan pendapatan.
Sementara itu, keuntungan flydubai turun 68 persen pada 2016, namun kembali naik hingga 2,4 persen, awal tahun ini. CEO maskapai ini, Ghaith Al Ghaith mengatakan, dia memperkirakan 2017 akan menjadi tahun yang penuh tantangan dan menegaskan bahwa mereka akan tetap berhati-hati terhadap kondisi pasar. Saat ini, Emirates memiliki armada berbadan lebar sejumlah 259 pesawat dan terbang ke 157 tujuan. Sementara flydubai mengoperasikan 58 pesawat Boeing 737 generasi baru dengan 95 rute.