Kokpit Mitchell dengan gaya “rumah kaca” menyediakan visibilitas yang sangat baik untuk pembom dan penembak. Seorang insinyur Australia, Mayor. Paul I. “Pappy” Gunn, adalah yang pertama untuk menghapus pengebom-navigator dari kompartemen rumah kaca B-25 dan melengkapi pesawat dengan delapan senapan mesin kaliber 50
Jika B-17 meraih keberhasilan dengan terbang tinggi untuk menjatuhkan bom B-25 dibuat untuk mantab terbang rendah dan melakukan pemberondongan dengan senjatanya.
B-25 model ini sangat buas dengan empat senapan mesin kaliber 50-Browning dan meriam 75 milimeter yang sangat efektif sehingga satu pesawat bisa menengelamkan kapal Jepang hanya dengan tujuh tembakan. Meriam 75 milimeter adalah senjata yang kala itu hanya digunakan pada tank.
Selain senjata di depan, B-25 juga menjatuhkan bom dari ketinggian yang sangat rendah. Karena rendahnya bom harus diberi parasut sehingga pesawat punya waktu untuk menjauh dari lokasi ledakan agar tidak terpengaruh.
Apakah menjalankan misi pemberondongan, pengeboman, atau mengangkut personil, B-25 telah memiliki dampak penting pada Perang Dunia II. B-25 terakhir pensiun dari USAF pada 21 Mei 1960. Pesawat terakhir adalah B-25 yang digunakan untuk mengangkut pejabat VIP militer.