Sebuah pesawat milik Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ1159 harus kembali ke bandara awal di Guangzhou, China karena pintu pesawat tidak tertutup rapat.
Dilansir The Star dan South China Morning Post Jumat 24 Februari 2017, pesawat dengan rute penerbangan Bandara Internasional Baiyun, Guangzhou, itu berangkat Kamis sekitar pukul 03.00 waktu setempat menuju Denpasar, Bali.
Saat terbang sekitar tiga jam meninggalkan Guangzhou, kapten pesawat menemukan masalah pada pintu kabin. Penerbangan dari Guangzhou menuju Denpasar ini biasanya memakan waktu sekitar lima jam.
Rekaman video yang diambil oleh salah satu penumpang menunjukkan kemarahan para penumpang karena harus kembali terbang ke Guangzhou. Bahkan para penumpang menduga ada ‘lubang’ yang ditemukan di pesawat.
Senior Manager Corporate Communication Sriwijaya Air Group Agus Soedjono membantah ada lubang di pesawat tersebut dan itu hanya masalah sepele. Agus menyebut pesawat itu sudah terbang dan tiba di Bali pada Kamis.
“Nggak ada apa-apa kok, nggak ada masalah yang berarti, sudah terbang lagi kok,” ujar Agus saat berbincang dengan detikcom, Jumat.
Agus menjelaskan, setelah beberapa waktu mengudara, pilot memutuskan kembali ke Bandara Baiyun. Hal itu dilakukan pilot karena menemukan salah satu pintu kabin tidak tertutup sempurna.
“Jadi ketika terbang dalam waktu 15 menit itu, salah satu pintunya nggak properly closed (tidak tertutup sempurna) dan ada indikator sistem tekanan udara. Akhirnya, sesuai dengan prosedur, kapten memutuskan untuk turun return to base (kembali ke bandara awal),” ucap Agus.
Setelah tiba di Bandara Baiyun, pilot menemukan ada pintu yang tidak tertutup sempurna. Setelah pintu itu ditutup, pesawat tersebut kembali lepas landas menuju Denpasar.
“Setelah turun, pintunya dicek, ditutup dengan sempurna, terus akhirnya ditutup. Dalam waktu 30 menit terbang lagi,” ujarnya.
Agus menyebut masalah pintu tidak tertutup sempurna ini biasa terjadi di seluruh penerbangan dunia. Agus menyebut. sesuai dengan standard operating procedure (SOP) Sriwijaya, pilot harus kembali ke pangkalan untuk menindaklanjuti masalah tersebut.
“Pintu tidak tertutup sempurna itu sistem tekanan udara, itu bisa terjadi di seluruh airline di seluruh dunia. Bisa untuk pintu penumpang atau kargo. Ketika terbang yang di sistem tekanan udara nyala, kemudian diputuskan oleh pilot bahwa kita harus return ke base. Setelah sampai di apron Bandara Guangzhou, diperbaiki dengan menutup,” tuturnya.
Agus menyebut saat itu pesawat mengangkut 180 penumpang. Setelah ada insiden tersebut, ada 20 penumpang yang memutuskan tidak jadi terbang.
“Total penumpang ada 180. Kemudian ada alasan tertentu 20 tidak jadi terbang, yang terbang 160. Alasan macam-macamlah, salah satunya bisa juga soal waktu,” jawab dia.