Pesawat adalah teknologi mahal. Pesawat militer lebih mahal lagi. Peningkatan permintaan akan kemampuan pesawat canggih telah menyebabkan biaya untuk pesawat militer terus meningkat dari waktu ke waktu. Bahkan peningkatan yang ugal-ugalan telah mengakibatkan pembatalan sejumlah proyek atau setidaknya pemotongan produksi.
Kali ini kita akan melihat 10 pesawat militer termahal yang pernah dibangun. Dalam daftar ini, Amerika sangat mendominasi.
Northrop Grumman B-2 Spirit
Northrop Grumman B-2 Spirit adalah pembom siluman Angkatan Udara Amerika yang diluncurkan pada tahun 1989. Pesawat ini dapat menyusup ke perisai pertahanan udara yang kompleks dan padat dan mampu melakukan operasi serangan di semua ketinggian hingga 50.000 kaki .
Harga per unit B-2 pertama adalah sekitar US$ 737 juta atau sekitar Rp10,6 triliun, menjadikannya pesawat termahal yang pernah dibuat. Namun, karena retrofit dan penyesuaian pada tahun 1997, biaya keseluruhannya kini mencapai US$ 2,1 miliar atau sekitar Rp30,3 triliun. Untuk satu jam terbang pesawat membutuhkan US$ 135.000 atau hampir Rp2 miliar. Juga dibutuhkan total US$ 60 juta atau sekitar Rp866 miliar untuk peningkatan yang dilakukan setiap tujuh tahun.
B-2 Spirit mampu terbang pada kecepatan sekitar 1000 km perjam, memiliki panjang sekitar 21 meter, lebar 42,4 meter, dan tinggi sekitar 4,6 meter. Pesawat memiliki berat lepas landas maksimum 170.600kg dan menggunakan empat mesin turbofan General Electric F118-GE-110 non-afterburning. Pesawat ini memiliki jangkauan penerbangan 11.100 km dan tingkat pendakian sekitar 900 meter per menit menit. Pembom diawaki dua pilot mampu membawa 18 ton senjata.
Air Force One
Air Force One adalah nama untuk dua Boeing VC-25 yang mengangkut presiden Amerika. Pesawat tersebut adalah versi militer Boeing 747-200 yang sangat dimodifikasi dengan menampilkan kemampuan komunikasi dan pertahanan udara yang canggih.
Boeing VC-25 mulai beroperasi pada tahun 1990 dan membutuhkan biaya per unit sebesar atau sekitar Rp4,7 triliun dengan biaya produksi kedua pesawat tersebut sekitar $ 660 juta atau sekitar Rp9,5 triliun. Kedua pesawat ini membutuhkan biaya hingga US$ 206.000 atau hampir Rp3 miliar per jam terbang.
VC-25 memiliki berat lepas landas maksimal 374.850 kg dan didukung oleh empat mesin General Electric CF6-80-C2B1 yang masing-masing menghasilkan daya dorong 25.700 kg untuk mencapai kecepatan tertinggi lebih dari 1.000 km per jam. Pesawat ini mampu terbang pada ketinggian 14.000 meter dan memiliki kemampuan jarak terbang 13.000 km. Jarak maksimum sangat diperpanjang oleh fitur pengisian bahan bakar dalam penerbangan VC-25. Pesawat memiliki panjang 70,7 meter, lebar 60 meter, dan tinggi 16 meter. Boeing saat ini sedang membangun dua pesawat kepresidenan pengganti (yang akan menelan biaya sekitar US$ 3,9 miliar atau sekitar Rp5,6 triliun dan siap misi pada tahun 2024.
F-22 Raptor
Salah satu jet tempur paling canggih yang dibangun Lockheed Martin dan Boeing ini memiliki dengan harga sekitar US$ 350 juta atau sekitar Rp5 triliun per pesawat. Angka ini termasuk biaya per unit US$ 143 juta. Total biaya program sekitar US$ 66 miliar atau kurang lebih Rp952 triliun.
Pesawat ini diluncurkan pada tahun 1997, tetapi memperoleh kemampuan operasional penuh pada tahun 2005. Pesawat ini dilengkapi dengan teknologi generasi kelima dan menggabungkan supercruise, manuver super, siluman, dan fusi sensor dalam satu platform senjata. Panjang pesawat 19 meter, tinggi sekitar 5 meter, dan lebar 13,5 meter. Raptor memiliki berat 20 ton dan berat lepas landas sekitar 38 ton. F-22 memiliki jangkauan 2.960 km dan tingkat pendakian 10.000 meter per menit.
Kemampuan siluman semua aspek F-22 membuat deteksi sulit untuk pesawat musuh. Teknologi radar AESA AN / APG-77 dan badan pesawat yang direkayasa mengurangi visibilitas pesawat. F-22 terakhir dikirim pada Mei 2012 dan pesawat tidak lagi diproduksi karena biaya produksi yang tinggi dan kesulitan perawatan.
C-17 Globemaster III
Boeing C-17 Globemaster III adalah pesawat angkut militer yang digunakan untuk membawa peralatan, personel, dan kendaraan. Awalnya dirancang untuk Angkatan Udara Amerika, tetapi sekarang digunakan di banyak angkatan udara di seluruh dunia, termasuk Inggris, Australia, Kanada, Qatar, Uni Emirat Arab, India, dan Kuwait. Pesawat ini juga digunakan wing angkut berat NATO.
C-17 mulai beroperasi pada Januari 1995 dan diproduksi bersama oleh McDonnell Douglas dan Boeing Defense. Harga satu unitnya sekitar US$218 juta atau kurang lebih Rp3 triliun tetapi perkiraan total biaya selama masa program pesawat adalah US$ 328 juta- US$ 368 juta atau sekitar Rp4,7 hingga Rp5,3 triliun per pesawat.
C-17 terkenal dengan keandalan dan perawatannya yang tinggi. Pesawat memiliki panjang 174 kaki dan lebar sayap 169 kaki 10 inci.
Masing-masing dari empat mesin turbofan Pratt dan Whitney F117-PW-100 menggerakkan pesawat dengan daya dorong 18.300 kg. Sistem pintu dan ramp belakang C-17 yang besar memungkinkan pemuatan peralatan berat. Pesawat juga dirancang untuk membawa dan menjatuhkan 102 pasukan terjun payung.
Kapasitas muatan maksimum Globemaster adalah 77,5 ton dan berat lepas landasnya adalah sekitar 265ton. Pesawat ini bisa terbang di ketinggian 13.700 meter dengan kecepatan jelajah. Jarak tempuh sekitar 4.482 km atau 10.390 km dengan pasukan terjun payung serta kecepatan jelajah 450 knot. Setelah 25 tahun berproduksi, perusahaan memproduksi Globemaster terakhirnya pada Februari 2015 dan mengirimkannya ke Angkatan Udara Qatar pada 2016.
P-8A Poseidon
P-8A Poseidon adalah versi militer dari Boeing 737-800ERX. Pesawat diproduksi Boeing untuk Angkatan Laut Amerika dengan harga sekitar US$ 290 juta atau sekitar Rp4,2 triliun per pesawat. India, Australia, Inggris, dan Norwegia saat ini adalah pengguna P-8A, sementara Korea Selatan membeli enam pesawat pada September 2018.
Pesawat melakukan penerbangan pertamanya pada April 2009 dan diperkenalkan ke Angkatan Laut Amerika pada November 2013. P-8A mendeteksi dan menyerang kapal selam musuh dan memiliki kapasitas untuk melakukan tindakan dukungan elektronik, termasuk perlindungan diri. peringatan dini, dan perang anti permukaan serta anti kapal selam. Pesawat juga dilengkapi dengan rudal yang diluncurkan dari udara.
Pesawat ini memiliki kecepatan jelajah sekitar 926km / jam. P-8A memiliki panjang 39,5 meter, tinggi 13 meter, dan bentang sayap 37.7 meter. Berat lepas landas adalah 85,8 ton dan dapat terbang dengan ketinggian maksimum 12.500 meter. Pesawat memiliki jangkauan jelajah 7.242 km.
VH-71 Kestrel
VH-71 Kestrel adalah variasi dari AgustaWestland AW101 dan diproduksi oleh Lockheed Martin, Bell Helicopter, dan AugustaWestland. Helikopter ini akan menggantikan armada transportasi kepresidenan Marine One Korps Marinir Amerika Sikorsky SH-3 Sea King.
Pesawat melakukan penerbangan pertamanya pada Juli 2007 setelah beberapa penundaan, pembengkakan biaya dan masalah teknik, termasuk modifikasi ekstensif yang diminta oleh Pemerintah Amerika. Namun, proyek tersebut dibatalkan pada bulan Juni 2009 setelah biaya keseluruhan untuk 28 helikopter yang direncanakan meningkat menjadi US$ 13 miliar atau sekitar Rp188 triliun. Ini berarti satu helikopter seharga sekitar Rp3,5 triliun. Pada bulan Juni 2011, helikopter tersebut dijual ke Kanada seharga US$ 164 juta untuk digunakan sebagai suku cadang untuk pesawat pencarian dan penyelamatan AgustaWestland CH-149 Cormorant.
Pesawat itu memiliki panjang 19,5 meter, lebar 16,5 meter, tinggi 6,6 meter, dan berat lepas landas 15,6 ton. VH-71 mencapai kecepatan maksimum 310 km per jam dan memiliki jangkauan 1.400 km. Tingkat pendakiannya 613 meter permenit.
Northrop Grumman E-2D Advanced Hawkeye
E-2 Hawkeye pertama kali dikembangkan oleh Grumman Aircraft Company yang sekarang menjadi Northrop Grumman untuk Angkatan Laut Amerika pada akhir 1950-an. Pesawat mengambil penerbangan pertamanya pada bulan Oktober 1960 dan saat ini juga digunakan oleh Taiwan, Meksiko, Jepang, Prancis, dan Mesir.
Pesawat turboprop ganda ini memiliki sistem peringatan dini udara taktis taktis yang dapat digunakan di segala cuaca hingga memungkinkan Angkatan Laut Amerika memiliki kemampuan komando dan kontrol manajemen pertempuran tingkat lanjut.
Pada bulan Agustus 2007 E-2D Advanced Hawkeye terbang untuk pertama kalinya. Pesawat seharga US$ 232 juta atau sekitar Rp3,5 triliun ini menampilkan banyak peningkatan teknologi, termasuk kemampuan berkomunikasi dan berkoordinasi dengan semua aset kapal pesisir, darat, dan laut terbuka. Peningkatan juga termasuk radar AESA APY-9.
Pesawat ini memiliki panjang 17.3 meter, lebar sayap 24 meter, dan tinggi sekitar 5,4 meter. Pesawat memiliki berat lepas landas 26 ton dan dapat melakukan perjalanan dengan kecepatan maksimum 646 km per jam. E-2 Hawkeye membawa lima awak, memiliki jangkauan feri 2.708 km, ketinggian layanan sekitar 10.000 meter, dan tingkat pendakian 766,5 meter per menit.
F-35 Lightning II
F-35 dibuat sebagai bagian dari program Joint Strike Fighter 1996 dan diperkenalkan pada bulan Desember 2006 untuk varian F-35A. Pesawat ini diproduksi oleh Lockheed Martin dan didukung Northrop Grumman, Pratt and Whitney, dan BAE Systems.
Ada tiga variasi pesawat F-35 Lighting, termasuk F-35A US$ 89,2 juta atau sekitar Rp1,3 triliun, F-35B US$ 115,5 juta atau kurang lebih Rp1,7 triliun, dan F-35C US$ 107,7 juta atau sekitar Rp1,6 triliun. Setiap pesawat rata-rata memiliki biaya terbang sekitar Rp500 juta per jam. Sementara biaya program keseluruhan selama 50 tahun masa pakainya diperkirakan akan meningkat menjadi US$ 1,5 triliun. Ini menjadikannya menjadi salah satu skema akuisisi militer paling mahal dalam sejarah.
Ketiga variasi sedikit berbeda dalam spesifikasinya, namun ukurannya sekitar 15,3-15,6 meter untuk panjang dan memiliki tinggi 4,5-4,7 meter. F-35A dan F-35B memiliki lebar sayap 10,6 meter, sedangkan F-35C memiliki lebar 13.1 meter. Beratnya sekitar 10,2-13,6 ton dan memiliki berat lepas landas 27,2 ton.
Bell Boeing V-22 Osprey
Bell Boeing V-22 Osprey adalah pesawat tempur multiperan yang dilengkapi sistem tiltrotor. Pesawat ini melakukan penerbangan pertamanya pada Maret 1989, tetapi kecelakaan selama pengujian penerbangan dan pendanaan yang tidak stabil mengakibatkan beberapa penundaan hingga 2007 ketika pesawat memasuki layanan di Korps Marinir Amerika. Angkatan Udara menurunkan versinya sendiri yakni CV-22B pada tahun 2009 dan Angkatan Laut Amerika berencana untuk menggunakan varian CMV-22B pada tahun 2021.
V-22 saat ini dimiliki oleh Amerika dan Jepang. V-22 berharga sekitar US$ 118 juta atau sekitar Rp1,7 triliun per pesawat dan biaya program keseluruhan sekitar US$35,6 miliar atau sekitar Rp514 triliun. Biaya terbang adalah US$ 11.000 atau sekitar Rp159 juta per jam. V-22 memiliki kemampuan unik untuk lepas landas dan mendarat secara vertikal seperti helikopter tetapi dengan jangkauan, kecepatan, dan berat lepas lanas setara pesawat sayap tetap.
Pesawat memiliki panjang 17,4 meter, lebar 25,8 meter, dan tinggi 6,7 meter. Beratnya adalah 15 ton dan berat lepas 24 ton. V-22 dapat melaju hingga 500 km per jam dan memiliki jangkauan 1.627km serta mencapai ketinggian 7.600 meter dan memiliki tingkat pendakian 960 meter permenit. Pesawat V-22 dapat membawa empat awak dan hingga 24 personel.
Chengdu J-20 Black Eagle
Chengdu J-20 ‘Mighty Dragon’ adalah pesawat tempur siluman generasi kelima satu kursi yang dibangun Chengdu Aerospace China. Setelah penerbangan perdananya pada Januari 2011, pesawat ini telah dikerahkan di Angkatan Udara China sejak Maret 2017 dan merupakan pesawat siluman pertama di luar Amerika yang masuk operasional.
J-20 masing-masing seharga sekitar US$ 110 juta atau sekitar Rp1,6 triliun, sementara biaya program keseluruhan diperkirakan sekitar Rp63,5 triliun. Tidak ada informasi tentang biaya per jam terbanngya. J-20 dirancang untuk melakukan misi serangan darat di lingkungan yang tidak bersahabat dan mencapai ketinggian sekitar 18.000 meter dengan kecepatan supersonik sekitar 2.100 km per jam. Pesawat memiliki tingkat pendakian 18.200 meter per menit dan jangkauan 2.100 km per jam. Jet tempur China ini memiliki panjang 23 meter dan lebar 15 meter. Tinggi pesawat adalah 5 meter dan berat 17,6 ton, sedangkan berat lepas landasnya sekitar 35 ton.