Pada pagi hari di Timur Tengah di bulan Januari, operasi tempur berlangsung standar pada dua F-15E Strike Eagle. Mayor Peter Kaszynski, pilot Strike Eagle F-15E, dan Kapten Jonathan Kipp, perwira sistem senjata, dari Skuadron Tempur Ekspedisi ke-494 memimpin dua F-15E dalam misi dukungan udara jarak dekat.
Empat jam dalam penerbangan, misi khusus ini berubah menjadi situasi mengerikan yang biasanya hanya ditemui dalam simulator prosedur darurat.
Mereka harus melakukan pertemuan pengisian bahan bakar udara ke udara dan itu dilakukan dengan mengacu pada instrumen daripada secara visual. Selain itu, datalink dan peralatan pengukur jarak udara ke udara yang meningkatkan kesadaran situasional pada wingman mereka sama-sama tidak beroperasi.
Akhirnya, radar kontrol darat koalisi untuk sementara off, yang berarti mereka tidak mendapatkan pembaruan di mana pesawat lain berada di daerah tersebut. Ini membuat mereka hanya memiliki satu cara untuk menemukan pesawat lain yakni radar mereka.
Ketika Kaszynski dan Kipp menyelesaikan pertemuan mereka dengan kapal tanker untuk top off terakhir mereka, aircrew mengamati peringatan “MASTER CAUTION” yang mengindikasikan kegagalan hidraulik kontrol penerbangan, hidraulik utilitas, dan daya generator di mesin kanan mereka.
Mereka dengan cepat menilai situasinya sebagai kegagalan airframe mounted accessory drive (AMAD). Pesawat tempur bermesin ganda ini menyediakan redundansi sehingga aircrew masih memiliki kontrol penerbangan, hidraulik utilitas, dan daya listrik yang dapat dioperasikan. Namun kegagalan AMAD membatasi penggunaan engine yang terpengaruh untuk daya idle.
“Kami menyerahkannya kepada wing kami untuk melanjutkan unjuk kekuatan karena tujuan utama kami adalah membantu orang-orang di darat,” kata Kipp sebagaimana dilaporkan dvidshub.net
“Kami hanya mengambil napas, mengeluarkan daftar periksa kami dan menjalankan prosedur keselamatan.”
Aircrew segera menjalankan item tindakan darurat yang sesuai. Kaszynski dan Kipp menarik mesin ke daya idle dan dialihkan ke lapangan udara terdekat menggunakan dorongan mesin yang tersisa.
Ketika mereka melanjutkan pengalihan darurat mereka, komunikasi dengan wing mereka semakin rumit karena dua kegagalan radio yang memaksa mereka untuk menggunakan pemantauan frekuensi taktis. Akhirnya mereka dapat mengarahkan wing bergabung kembali ketika mereka melanjutkan ke lokasi pengalihan darurat.
Kaszynski dan Kipp menyelesaikan item prosedur darurat. Sementara wing mereka melakukan pemeriksaan kerusakan di bagian luar pesawat.
Kaszynski dan Kipp terus mengamati mesin kiri mereka dan keadaan darurat sudah serius dengan kerusakan bisa mengakibatkan kebakaran dalam penerbangan. Aircrew dengan cepat menyelesaikan daftar pemeriksaan darurat, tetapi masalahnya tetap ada.
“Mengikuti daftar pemeriksanaan kami memberi dorongan minimal atau mesin idle,” kata Kaszynski. “Kami memilih untuk mempertahankan tenaga mesin agar kami sampai di tujuan dengan aman.”
Aircrew segera menghadapi masalah ketiga ketika lampu Environmental Control System (ECS) menyala. Aircrew menjalankan checklist ECS dan secara akurat menilai masalah. Di tengah keadaan darurat yang menantang dan kompleks ini Kaszynski dan Kipp berhasil mengalihkan dan mendaratkan pesawat mereka di lapangan terbang yang dituju.
Setelah memeriksa pesawat, pemeliharaan menemukan bahwa AMAD benar-benar gagal, mengakibatkan kerusakan akibat panas yang dapat menyebabkan kebakaran seandainya kru udara tidak dengan cepat mendiagnosis situasi dan menjalankan daftar periksa dengan benar.
“Aku tidak akan berbohong. Itu menakutkan, tetapi pelatihan kami dan sistem yang kami miliki di CENTCOM benar-benar bagus, ”kata Kipp.
Sebagai bukti kesiapan militer Amerika, F-15E diperbaiki dan melanjutkan kembali serangan udara dalam waktu seminggu.