Angkatan Udara India menyelesaikan kesepakatan untuk membeli 83 pesawat tempur ringan Tejas Mk1A, yang akan menandai pesanan utama kedua untuk pesawat setelah pesanan sebelumnya sebanyak 40 jet.
Tejas mulai dikembangkan pada awal 1980-an, dan mengalami penundaan hampir 40 tahun jam kerja. Pesawat diberi izin operasional akhir (FOC) oleh otoritas penerbangan India pada Februari 2019.
Pesawat tempur ini dari kisaran bobot yang sebanding dengan Gripen Swedia dan JF-17 Pakistan, dan jauh lebih ringan daripada desain mesin tunggal kelas atas seperti F-16 Fighting Falcon Amerika dan J-10 Firebird China.
Meski disebut sebagai program dalam negeri, banyak sistem inti Tejas dibeli dari pemasok asing termasuk mesin F404 Amerika. Mesin yang dirancang untuk pesawat tempur ringan F-20 Tigershark pada 1970-an. Sementara rangkaian sensor dan elektronik dibeli dari Israel, dan rudal udara ke udara Rusia.
Pengembangan jet tempur ringan dan berbiaya rendah telah dilakukan oleh berbagai negara dari Swedia hingga Taiwan dengan sejumlah alasan. Salah satunya memungkinkan mereka memiliki pilihan untuk misi ringan yang tidak perlu jet tempur berat dan mahal.
Selain itu untuk mengembangkan teknologi canggih di dalam negeri dan mengejar filosofi desain mereka sendiri. Alasan lain juga karena jet buatan sendiri biasanya jauh lebih murah daripada mengimpornya.
Mempertimbangkan rencana yang sangat ambisius, India harus memperluas armada tempurnya, yang akan memerlukan induksi lebih dari selusin skuadron baru dalam waktu dekat, sebuah jet murah buatan sendiri akan memberikan cara yang efektif untuk melakukan hal itu.
Satu-satunya masalah dengan ini adalah bahwa Tejas India akhirnya justru sangat mahal. Hal ini sebagian besar karena ketergantungannya pada teknologi asing. Mengacu pada pesanan terakhir, harga pesawat sekitar US62,7 juta per unit.
Membeli F404 dan sensor dan elektronik Israel dengan harga ekspor, yang merupakan bagian paling mahal dari jet,
Tejas akhirnya tidak dapat diproduksi sebagai platform murah seperti JF-17 Pakistan, Ching Kuo Taiwan dan J-10 China serta JL-15 atau F-16 Amerika.
Sebagaimana ditulis Military Watch Magazine 21 Maret 2020, sebagai perbandingan saja jet tempur F-35A Amerika yang memiliki teknologi siluman canggih harganya sekarang sekitar US$ 80 juta meski untuk ekspor masing-masing sekitar US$ 200 juta.
Sementara Su-57 Rusia saat ini merupakan pesawat tempur non-Barat paling mahal dipasarkan untuk ekspor, dengan perkiraan harga ekspor sekitar US$ 110 juta, tetapi harga untuk Angkatan Udara Rusia hanya US$35 juta untuk satu unitnya.
Dibandingkan dengan harga Su-57 yang dibeli Rusia dan F-35A yang dibeli Angkatan Udara Amerika, Tejas jelas menjadi jet tempur yang sangat mahal.