Selama hampir tiga dekade, jet tempur F-15 Eagle dianggap raja tak langit. Sampai debut penggantinya, F-22 Raptor, F-15 tetap menjadi pesawat tempur garis depan Angkatan Udara Amerika. Bahkan saat ini, Elang modern ini masih dianggap sebagai lawan yang tangguh, dan Boeing sebagai produsen telah mengusulkan versi update yang bisa menjaga badan pesawat terbang hingga satu abad.
Jejak akar F-15 berawal dari perang udara di Vietnam. Angkatan Udara Amerika merasakan masalah besar dalam perang ini. Keunggulan rasio membunuh 13: 1 yang mereka nikmati di Perang Korea tergerus habis-habisan menjadi 1,5: 1 di Vietnam.
Pesawat tempur kontemporer, seperti F-4 Phantom, telah dirancang dengan asumsi bahwa rudal udara ke udara akan menjadikan dogfights atau pertempuran jarak dekat segera usang tidak menjadi kenyataan.
Angkatan Udara Amerika menyadari mereka membutuhkan pesawat dengan keunggulan manuver dan tetap membawa meriam untuk pertempuran udara. Angkatan Udara AS memutuskan untuk membangun sebuah jet tempur yang didedikasikan untuk superioritas udara, yang menggabungkan dua mesin yang kuat, radar kuat, rudal dan senjata yang kuat dan besar serta memiliki kemampuan manuver tinggi untuk memenangkan pertempuran udara.
Angkatan Udara mengeluarkan permintaan proposal untuk jet tempur FX pada tahun 1966, dan tidak kurang dari enam perusahaan yang menyampaikan desain untuk dipertarungkan.
Tidak ada prototipe dibangun. Angkatan Udara kemudian memilih McDonnell Douglas (sekarang menjadi bagian dari Boeing) pada tahun 1969 dan memesan 107 pesawat pada pengembangan skala penuh.
F-15 adalah pesawat yang tangguh. Versi awal didukung oleh dua afterburning turbofan engine Pratt & Whitney F100-PW-100 yang memproduksi daya dorong 14.500 -23.500 pon dengan afterburner.
Mesin ini memberi rasio daya dorong dan berat lebih besar dari satu, sehingga F-15 menjadi jet tempur pertama yang melebihi kecepatan suara dalam penerbangan vertikal. F-15 juga mampu naik ke ketinggian 65.000 kaki hanya dalam 122 detik. Dalam penerbangan horisontal, F-15 bisa mencapai kecepatan Mach 2,5, dan cruise dengan kecepatan Mach 0,9.
Radar AN / APG-63 yang diinstal di hidung F-15 merupakan radar paling canggih kala itu, sebuah radar solid state yang mampu melihat dan menembak pesawat yang ada di bawahnya. Radar ini memiliki kemampuan deteksi hingga 200 mil. Hal ini memungkinkan F-15 untuk membidik musuh yang terbang di bawah radar dengan menghilangkan kekacauan signal yang dipantulkan dari tanah.
Radar ini menjadi yang pertama menggabungkan sistem prosesor diprogram, yang memungkinkan upgrade cukup dilakukan melalui software dan tidak harus mengganti hardware.