Kementerian Pertahanan Australia pada 5 Maret 2020 mengumumkan akan menjual armada F/A-18 Hornet mereka yang telah dipensuin.
Pesawat tersebut akan dibeli oleh Air USA sebuah kontraktor swasta yang menawarkan dukungan aggressor atau red air untuk Angkatan Udara Amerika.
Personel Royal Australian Air Force (RAAF) di Pangkalan RAAF Williamtown akan bertanggung jawab untuk mempersiapkan transfer pesawat tersebut.
Williamtown, yang terletak di utara kota Newcastle, adalah rumah bagi tiga dari empat unit F / A-18A / B Australia yang tersisa.
“Pekerjaan untuk menyiapkan pesawat dan komponen ini untuk dijual akan memberikan 24 pekerjaan industri langsung sembari Angkatan Udara transisi dari Classic Hornet ke F-35 Joint Strike Fighter,” kata Melissa Price, Menteri Industri Pertahanan Australia dalam sebuah pernyataan.
Dia juga mengatakan bisa memakan waktu antara tiga dan empat tahun untuk menyelesaikan kesepakatan ini.
Mulai tahun 1981, Australia memesan total 57 F / A-18A kursi tunggal dan 18 F / A-18B kursi dua dari McDonnell Douglas, yang kemudian bergabung dengan Boeing. Empat dari jet ini hilang dalam kecelakaan.
Dari 71 Hornet yang tersisa, Australia setuju untuk menjual 25 ke Kanada pada 2017. Pihak berwenang Kanada memutuskan untuk membeli jet ini untuk melengkapi armada CF-18 Hornet milik mereka sebagai solusi sementara ketika negara terus mencari jet tempur baru.
Tidak jelas apakah Air USA secara resmi setuju untuk membeli semua sisa F / A-18A / B RAAF yang berjumlah 46.
Terlepas dari itu, RAAF terus mem pensiun F / A-18A / B Hornet seiring datangnya F-35A Joint Strike Fighters. Saat ini, Australia telah menerima 20 F-35A dari total 72 pesawat yang dipesan.
Departemen Pertahanan Australia mengatakan bahwa Air USA berencana untuk menggunakan pesawat yang diterimanya guna pelatihan tempur udara di Amerika Serikat.
Sebuah kontrak besar diberikan Angkatan Udara Amerika tahun lalu senilai sekitar $ 6,4 miliar untuk menyediakan ‘musuh’ dalam latihan pertempuran udara.
Air USA bukan satu-satunya yang membuat rencana untuk mendapatkan jet tempur tambahan dalam persiapan untuk memenuhi persyaratan kontrak ini. Airborne Tactical Advantage Company (ATAC) dan Draken sama-sama membeli armada bekas Mirage F1 buatan Perancis.
Draken juga membeli sejumlah tambahan Cheetah bekas Afrika Selatan, turunan Mirage III. TacAir membeli sejumlah jet -5E Tiger II eks Angkatan Udara Yordania yang kemudian ditingkatkan menjadi konfigurasi Advanced Tiger F-5AT.
Pada Januari, Top Aces masih dalam proses menerima pengiriman 29 pesawat F-16A dari sumber yang tidak diketahui, tetapi kemungkinan dari Yordania.
F / A-18A / B tentu akan menawarkan kemampuan yang berbeda dari pesawat lain dalam armada Air USA yang meliputi Franco-German Alpha Jets, Czech L-59 Albatrosses, dan BAE Hawks. Semua ini adalah jet yang jauh lebih ringan daripada Hornets. Perusahaan ini juga memiliki sejumlah kecil MiG-29UB Fulcrum era Soviet.
Tidak ada penjelasan berapa banyak Hornet yang akan dibeli Air USA serta harga yang harus dibayar, tetapi pesawat bisa membutuhkan upgrade tambahan yang signifikan untuk sistem dan struktur dasar mereka sebelum dapat mulai menerbangkan peran aggressor.
Sebagaimana dicatat, jet-jet ini pertama kali memasuki layanan pada 1980-an dan mungkin memiliki jam terbang terbatas yang tersisa di dalamnya kecuali mereka menerima perombakan struktural besar.