Pada KTT negara adidaya 1955 di Jenewa, Perdana Menteri Soviet Khrushchev merasa malu ketika Presiden Eisenhower dan delegasi Amerika tiba dengan menggunakan pesawat bermesin empat dan ia tiba dengan sebuah mesin kecil Ilyushin Il-14.
Karena tidak mau mengulang rasa malu tersebut, saat berkunjung ke Amerika Serikat Khrushchev memaksakan diri menggunakan pesawat Tu-114 yang besar. Tetapi di balik keputusan itu, sebuah operasi rumit harus dijalankan.
Ketika Khrushchev memutuskan untuk menggunakan Tu-114, para perencana Soviet sebenarnya tidak setuju karena 80% perjalanan antara Moskow dan Washington sangat panjang dan Aeroflot, operator dari Tu- 114, jarang melakukan penerbangan trans-samudera pada saat itu hingga tidak memiliki pelatihan dengan teknik darurat, bertahan hidup di laut dan menggunakan rakit dan jaket penyelamat.
Politbiro Partai Komunis serta KGB mendesak Khrushchev untuk mempertimbangkan kembali keputusannya itu, tetapi dia tegas menolak. Lagi-lagi dia tidak mau malu.
Akhirnya semua harus dilakukan dengan perencanaan dan misi rumit. Angkatan Laut Soviet menempatkan kapal-kapal setiap 200 mil di sepanjang rute tersebut untuk mengantisipasi jika pesawat menghadapi masalah.
KGB bahkan harus membangun sebuah pesawat tiruan dan mengujinya di kolam renang besar di Moskow untuk menguji skenario evakuasi air.
Sebagaimana diceritakan oleh Von Hardesty dalam bukunya Air Force One: The Aircraft that Shaped the Modern Presidency, penerbangan akhirnya berjalan tanpa hambatan dan pesawat itu sendiri menjadi superstar ketika mendarat di Andrews AFB.
Eisenhower menawari Khrushchev tur helikopter ke ibukota, tetapi dia menolak karena dia takut helikpter itu akan sengaja dibuat jatuh. Baru setelah Eisenhower meyakinkannya bahwa dia akan berada di helikopter yang sama dari yang dia gunakan, Khrushchev bersedia.
Setelah tur bersejarahnya ke Amerika Serikat, dalam penerbangan kembali ke Moskow, Aeroflot Tu-114 menghadapi badai di dekat Greenland dan pesawat kehilangan kontak dengan Moskow untuk sementara waktu.
Khrushchev sedang tidur dan tidak terbangun selama badai, tetapi para kru takut bahwa kehilangan kontak dapat menyebabkan kecemasan di Moskow dan kekhawatiran akan plot Amerika. Untungnya, pesawat besar itu mendarat dengan selamat di Moskow dan momen menegangkan lain yang tidak dilaporkan dalam Perang Dingin masuk ke dalam sejarah.
Tupolev Tu-114 Rossiya yang oleh NATO dijuluki Cleat adalah sebuah pesawat jarak jauh bertenaga turboprop yang dirancang oleh biro desain Tupolev dan dibangun di Uni Soviet mulai Mei 1955. Tu-114 merupakan pesawat penumpang terbesar dan tercepat pada waktu itu. Pesawat memiliki jangkauan terpanjang yakni 10.900 km dan telah memegang gelar resmi pesawat berbaling-baling tercepat sejak 1960.
Didukung sayap menyapu dan Tu-114 mampu melakukan perjalanan dengan kecepatan khas pesawat jet modern, 880 km / jam (550 mph). Meskipun mampu menampung 224 penumpang, ketika dioperasikan oleh Aeroflot, lebih umum menyediakan 170 tempat tidur dan ruang makan.
Dalam 14 tahun pelayanan sipil, Tu-114 dilaporkan memiliki tingkat keamanan dan keandalan yang tinggi. Tu-114 mengangkut lebih dari enam juta penumpang sebelum digantikan oleh Ilyushin Il-62 bertenaga jet. Sebanyak 32 pesawat dibangun di pabrik penerbangan Kuibyshev pada awal 1960-an.