Pada 14 Februari 2020, Houthi mengumumkan bahwa mereka telah menembak jatuh jet tempur Tornado milik Arab Saudi di provinsi al-Jawf utara, di Yaman.
Pada hari yang sama, juru bicara Angkatan Udara Kerajaan Saudi mengatakan bahwa pada Jumat 14 Februari pukul 23: 45 waktu setmpat sebuah jet tempur Tornado mereka jatuh saat melakukan misi dukungan udara jarak dekat atau closing air support (CAS) mendukung operasi Tentara Nasional Yaman di Provinsi gubernur Al Jouf.
Arab Saudi tidak menyebut penyebab jatuhnya pesawat apalagi karena ditembak musuh. Mereka juga tidak mengatakan bagaimana nasib dua kru yang ada di dalam pesawat.
Namun rekaman yang baru saja dirilis oleh pemberontak tampaknya mengkonfirmasi bahwa pesawat itu memang dijatuhkan oleh Surface to Air Missile (SAM).
Bagian pertama dari klip menunjukkan gambar IR (Infra Red) dari Tornado IDS, yang datang dari kanan ke kiri titik pandang, kemungkinan besar di belokan kanan.
Kemudian, rekaman menunjukkan sistem penargetan SAM melacak pesawat yang kemungkinan besar sama meskipun ini adalah sesuatu yang tidak dapat dikonfirmasi dari jarak jauh. Terlihat beberapa objek terang, bersinar dari jejak panas mereka dalam video infra-merah yang keluar dari pesawat. Kemungkinan itu adlaah suar, penanggulangan yang dikeluarkan untuk mengalihkan rudal darat ke udara yang mencari panas.
Tak lama kemudian sebuah rudal terlihat terbang menuju pesawat dan menabraknya. Sisa klip menunjukkan sisa-sisa pembakaran jet yang jatuh ke tanah bersama dengan beberapa benda kecil terang yang terpisah dari pesawat yang kemungkinan adalah kursi pelontar.
Menurut Al Jazeera, laporan awal mengatakan pesawat itu jatuh dengan masih membawa rudal udara ke darat yang canggih.
Meskipun kita tidak dapat mengidentifikasi jenis rudal yang digunakan untuk menembak jatuh Tornado, patut diingat bahwa Houthi telah memodifikasi rudal udara ke udara R-27T untuk diluncurkan dari darat.
R-27 (AA-10 Alamo-B), adalah rudal IR-homing, dengan jangkauan maksimum 63 km dan secara teori memungkinkan menyerang vertikal dari ketinggian 10 km meter. R-27 yang dimodifikasi diklaim bertanggung jawab atas jatuhnya F-15 Saudi pada 2018.
BREAKING: Footage from @almasirah claims to show the moment the Saudi Tornado was shot down over Yemen last night. pic.twitter.com/xpTfgOG38x
— Conflict News (@Conflicts) February 15, 2020
Patut dicatat, bersama dengan rudal udara ke udara R-27T Vympel yang dimodifikasi, Houthi diketahui juga mengoperasikan sistem pertahanan udara buatan sendiri yang disebut Fater-1, yang menggunakan komponen yang menurut Jane’s Defense Weekly identik dengan 3M9 yang digunakan sistem 2K12 Kub / Kvadrat (SA-6 ‘Gainful’).
Selain itu, pemberontak mungkin telah mendapatkan rudal permukaan ke udara Sayyad 2C Surface dari Iran.
Sayyad-2 adalah versi yang lebih baik dari rudal Sayyad-1, sistem S-75 Rusia yang dibuat China dan dibangun Iran.
S-75 yang oleh NATO disebut sebagai SA-2 “Guideline” adalah sistem SAM yang menjatuhkan pesawat U-2 Amerika yang dipiloti Francis Gary Powers pada tahun 1960. Ini adalah rudal pertahanan udara bertingkat yang mampu menghancurkan target dengan Radar Cross Section (RCS) rendah yang terbang di ketinggian rendah, sedang dan sangat tinggi (dengan langit-langit yang diklaim 80.000 kaki).
Menurut data yang belum diverifikasi yang dilaporkan media Iran di masa lalu, Sayyad-2 bergerak pada kecepatan 3.600 km / jam, memiliki jangkauan 80-100 km (beberapa sumber mengatakan hanya 60 km), dan membawa hulu ledak 200 kilogram.