Setelah bertahun-tahun mengalami keterlambatan dan masalah teknis, Angkatan Udara Amerika merestrukturisasi program modernisasi utama bomber B-2 Spirit. Kini peningkatan tidak lagi direncanakan ambisius dan sekadar mengatasi keusangan.
Awalnya peningkatan akan dilakukan dengan serangkaian teknologi baru yang dimaksudkan untuk membantu bomber menghindari Rusia dan China. Kini upgrade hanya fokus pada peningkatan tampilan kokpit yang kurang ambisius.
Dalam permintaan anggaran tahun anggaran 2021 Angkatan Udara Amerika mengeluarkan program Defensive Management System Modernization (DMS-M), selama lima tahun ke depan. Sebagai gantinya, USAF hanya bermaksud menempatkan sekitar US$ 155 juta atau sekitar Rp2 triliun untuk peningkatan kokpit yang akan mencakup prosesor grafis yang lebih maju dan tampilan modern.
“Menanggapi jadwal yang berubah-ubah ini, Angkatan Udara menyelaraskan kembali pendanaan untuk mengatasi keandalan dan keberlanjutan sistem tampilan kokpit B-2 hingga akhir masa pakainya, sambil mengembangkan kemampuan baru yang selaras dengan Strategi Pertahanan Nasional,” demikian bunyi permintaan anggaran tersebut
Menurut anggaran, merestrukturisasi program DMS-M akan menghemat Angkatan Udara sekitar US$ 327,9 juta atau sekitar Rp4 triliun pada tahun fiskal 2021. Namun, hal itu memerlukan biaya untuk keselamatan pesawat di masa depan, menghilangkan antena dan avionik baru yang membantu mendeteksi dan mengidentifikasi sistem pertahanan udara berbasis darat dan ancaman lainnya.
Oktober lalu, Bloomberg melaporkan program DMS-M tiga tahun di belakang jadwal, dan itu akan memakan waktu hingga setidaknya September 2024 untuk meningkatkan delapan dari 20 B-2 operasional. Richard Sullivan, manajer program B-2 untuk kontraktor utama Northrop Grumman pada Agustus 2019 mengatakan satu B-2 telah menerima modifikasi DMS-M.
Sebagaimana dilaporkan Defense News Rabu 12 Februari 2020, Angkatan Udara memilih untuk berinvestasi dalam prosesor canggih karena sistem saat ini tidak memiliki kekuatan untuk memberikan kesadaran situasional kepada kru B-2, membuat mereka lebih rentan di lingkungan dengan ancaman permukaan ke udara yang padat.
Lebih lanjut, upgrade tampilan kokpit juga diperlukan karena unit display lawas sudah tidak bisa lagi digunakan karena terlalu usang.
Tanpa program ini, ketersediaan display akan sangat memengaruhi ketersediaan pesawat. Sebuah tantangan besar bagi armada B-2 yang hanya berjumlah 20 unit.
DMS-M hanyalah salah satu dari upgrade yang direncanakan untuk menjaga B-2 dalam menjalankan hingga bomber baru B-21 Raider datang. Raider diperkirakan akan terbang paling cepat Desember 2021, dengan kemampuan operasional awal direncanakan pada pertengahan 2030-an.
“Angkatan Udara terus mengeksekusi lebih dari US$ 1,3 miliar dalam upaya modernisasi B-2 termasuk peningkatan persenjataan, peningkatan komunikasi, dan modifikasi low-observable signature untuk mengatasi keusangan,” kata juru bicara Angkatan Udara Kapten Clay Lancaster dalam sebuah pernyataan kepada Defense News .