Pada tahun 1963, Angkatan Laut Argentina menerbangkan Vought F4U-5 Corsair dan Grumman F9F-2 Panther yang semakin usang.
Argentina kemudian berusaha membeli Douglas AD-5 Skyraider guna menggantikan Corsair, dan menginginkan Douglas A-4B Skyhawks untuk menggantikan Panthers. Permintaan izin membeli A-4B dikirimkan ke Amerika pada tahun 1966, tetapi Amerika hanya menawarkan 30 A-4A, yang tidak diterima oleh Argentia. Â Permintaan lain dibuat untuk sepuluh A-4F dan dua TA-4F pada tahun 1968, tetapi penjualan ini juga tidak dizinkan.
Sebagaimana dijelaskan oleh Santiago Rivas dalam bukunya British Combat Aircraft in Latin America, kondisi ini mengarah pada keputusan Argentina untuk mencari pemasok lain. Pada tahun 1969 Argentina bertanya kepada pemerintah Inggris apakah mereka dapat menguji Hawker Siddeley Harrier GR.Mk.1, pesawat dengan kemampuan lepas landas pendek dan mendarat vertikal.
Selama pengiriman kapal induk ARA 25 de Mayo (V-2) yang baru diakuisisi dari Belanda, kapal pergi ke Inggris dan tes dilakukan pada 4 September 1969 oleh Harrier GR.Mk.1 Â Angkatan Udara Inggris yang baru secara resmi dikirim pada 19 September atau dua minggu setelah tes pada kapal induk Argentina. Pengujian mendapat dukungan dari Royal Navy.
Harrier menciptakan kesan yang sangat baik bagi para perwira Angkatan Laut Argentina, sehingga memutuskan untuk membeli enam pesawat pada Januari 1970, dengan opsi untuk memperoleh enam lagi. Argentina menginginkan dua yang pertama dikirim pada Januari 1971 dengan pesawat-pesawat sisa dikirim sepanjang tahun 1972.
Pada saat itu, Hawker Siddeley sepenuhnya berkomitmen untuk memproduksi Harrier untuk Royal Air Force (RAF) untuk memenuhi skala waktu. Â Kementerian Teknologi Inggris kemudian meminta RAF untuk mau mengalihkan dua pesawat dari pesanannya, setidaknya untuk pengiriman pada Maret 1971, yang diyakini dapat diterima oleh Angkatan Laut Argentina.
Menurut Departemen Pertahanan, ada kesulitan serius dalam mengalihkan bagian dari pesanan ke Argentina, mengingat bahwa Rolls-Royce juga harus menyelesaikan pengiriman mesin ke Korps Marinir Amerika dan tidak ada prospek peningkatan produksi mesin yang signifikan waktu itu.
Sebagaimana ditulis The Aviation Geek Club, Hawker Siddeley dan Rolls-Royce disalahkan oleh Kementerian Pertahanan karena tidak bersedia untuk membuat keputusan yang akan sangat menentukan terhadap ekspor di masa depan.
Selain itu, masalah dengan mesin sedang dialami pada bulan November 1969 menyebabkan berkurangnya pesawat yang tersedia dan Departemen Pertahanan Inggris menganggap bahwa mengalihkan Harrier ke Argentina dengan setidaknya, dua mesin cadangan, akan sangat mempengaruhi tingkat di mana skuadron sedang dibangun.
Harrier memasuki layanan pada April 1969 dengan Harrier Conversion Unit (kemudian 233 OCU) dan 1 Skuadron. Kementerian Pertahanan Inggris menganggap itu akan beroperasi penuh pada bulan April 1970, skuadron kedua siap pada bulan Juni. Diperkirakan akan ada empat skuadron, dengan jumlah total 48 pesawat, tersedia untuk NATO pada akhir tahun 1971.
Situasi semakin rumit ketika Amerika mengetahui tentang negosiasi untuk Harrier antara Inggris dan Argentina. Washington berusaha menghentikan penjualan ini dengan akhirnya menawarkan 24 A-4B Skyhawk ke Argentina.
Sementara itu, Menteri Kantor Luar Negeri Inggris Lord Chalfont menyatakan pada 26 Februari 1970 bahwa Inggris tidak menentang penjualan Harrier, karena situasi terkait Malvinas / Kepulauan Falkland relatif memuaskan pada waktu itu dan pemerintah tidak berpikir Amerika atau Chili sangat menentangnya.
Akhirnya, karena badan-badan pemerintah Inggris tidak dapat mencapai kesepakatan tentang pengalihan dua pesawat pertama, Angkatan Laut Argentina pada bulan Mei memutuskan untuk melanjutkan proposal Amerika untuk membeli A-4B. Namun mereka memberi tahu Hawker Siddeley bahwa pembelian Harrier belum dibatalkan dan negosiasi dapat dilanjutkan di masa depan.
Kurang dari satu dekade kemudian, Kementerian Pertahanan Inggris mempertimbangkan penjualan kapal induk dengan kekuatan Sea Harrier ke Angkatan Laut Argentina, untuk menggantikan ARA 25 de Mayo dan Skyhawks.
Argentina saat itu sedang mempertimbangkan beli kapal dan Inggris menganalisis kemungkinan penjualan HMS Hermes setelah dia dinonaktifkan pada tahun 1983 atau kapal kelas Invincible.
Angkatan Laut Argentina telah mencari pesawat tempur baru dan juga memilih Douglas A-4E, F dan M serta Dassault Super Etendard. Namun pada akhirnya, penjualan 14 Super Etendard yang disetujui pada September 1979.
Perang Malvinas / Falklands yang pecah pada tahun 1982 mengakhiri peluang Harrier atau Sea Harrier melengkapi Angkatan Laut Argentina.