Malaysia akan mengubah dua pesawat angkut CN-235 yang dibangun PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menjadi pesawat patroli maritim atau maritime patrol aircraft (MPA).
Jenderal Affendi Buang, kepala Angkatan Bersenjata Malaysia, mengatakan kepada Jane bahwa sistem misi pada dua pesawat akan disediakan oleh Amerika Serikat di bawah Prakarsa Keamanan Maritim (MSI) Pentagon, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Jane memperkirakan rangkaian misi kemungkinan akan mencakup sistem pengawasan maritim Merlin yang dikembangkan oleh Surveillance and Defense, Inc (ISD) yang berpusat di Oregon. Sistem ini telah dipasang pada tiga CN-235, dua di antaranya digunakan Angkatan Laut Indonesia, yang lainnya dioperasikan oleh Angkatan Udara Indonesia.
Peralatan misi Merlin termasuk radar pengawasan maritim, menara sensor elektro-optik, dan sistem langkah-langkah dukungan elektronik.
Skuadron N0.1 Angkatan Udara Kerajaan Malaysia (RMAF) mengoperasikan tujuh CN-235 dalam peran transportasi dan utilitas.
Jenderal Affendi mengatakan pekerjaan untuk meningkatkan dua CN-235 diharapkan akan dimulai akhir tahun ini dan kemungkinan akan dilakukan di fasilitas PTDI di Bandung, di mana perusahaan juga sedang melaksanakan program perpanjangan umur layanan untuk CN-235 RMAF sebagai bagian dari kontrak perawatan, perbaikan, dan perbaikan yang ditandatangani pada bulan April 2018.
Opsi untuk mengubah transportasi menjadi MPA adalah bagian dari kontrak US$30 juta dengan PTDI tetapi sejauh ini belum dilaksanakan karena kurangnya dana. PTDI awalnya menawarkan Sistem Kontrol dan Situasi Maritim Thales Airborne (AMASCOS) dan sensor untuk program konversi MPA.
Malaysia memesan delapan CN-235 pada 1998 dan pengiriman selesai pada 2001. Satu pesawat dihapus karena mendarat di laut pada Februari 2016.