Pada musim gugur 1981, melawan F-14A Iran terbukti merupakan upaya sia-sia untuk MiG-21MF / bis dan MiG-23MS Irak yang dilengkapi dengan radar dan rudal yang buruk. Mereka terlalu sering terdeteksi lebih awal dan ditembak jatuh atau dipaksa mundur.
Jet tempur Irak karena sistem RWR lama mereka terbukti tidak mampu mendeteksi emisi AWG-9 ketika dioperasikan dalam mode track-while-scan di mana AIM-54 terbang di sepanjang lintasan balistik dan menyerang sasarannya dari atas. Lusinan pilot Irak ditembak jatuh oleh tembakan jarak jauh tanpa pernah tahu apa yang menimpa mereka.
Satu-satunya cara bisa bertahan adalah harus bisa melihat kehadiran Tomcat Iran dan segera membuang persenjataan mereka sebelum kemudian lari scepatnya.
Ketika F-14A Iran yang terus menyebabkan kerugian bagi para pembom tempurnya, pada awal November, Komando Tinggi Angkatan Udara Iran memerintahkan Skuadron No. 79 untuk memperkuat detasemennya di Wanda AB menjadi 10 pesawat.
Atas perintah komandan Divisi Pertahanan Udara ke-3 Brigadir Jenderal Nagdat an-Naqeeb, untuk selanjutnya setiap serangan udara Irak akan didahului oleh sepasang Mirage dan MiG-23 yang berusaha untuk setidaknya mengalihkan perhatian Tomcat.
Operasi dijalankan pada 15 November 1981 pagi, sepasang MiG-23MS dari Skuadron 39 mendekati Tomcat di utara Ahwaz untuk menarik perhatian mereka. Ketika Iran bergerak untuk mencegat, sepasang Mirage F-1EQ-2 yang dipimpin oleh Mayor Mukhalad menyelinap ke arah mereka pada ketinggian yang sangat rendah dari sisi lain.
Ketika dua pencegat terbang rendah berada dalam jarak 20 kilometer dari target mereka, kontrol darat mengeluarkan kata-kode yang telah ditentukan sebelumnya – ‘ Giraffe!’ (jerapah) – yang berarti para pilot segera terbang memanjat dan menghidupkan radar mereka.
Kedua jet tempur Irak membuat kunci dan kemudian menembakkan setidaknya dua Super 530F, dari jarak sekitar 10 kilometer. Terkejut, Iran hanya punya sedikit waktu untuk bereaksi. F-14A yang dipiloti oleh Kapten Gholam-Reza Nezam-Abadi- dengan Letnan Fahollah Jalal-Abadi sebagai Radar Intercept Officer (RIO) – menerima setidaknya satu serangan langsung, yang memaksa awak untuk melakukan ejeksi. Untuk pertama kalinya Angkatan Udara Irak telah berhasil membunuh F-14A Tomcat.
Didorong oleh keberhasilan ini Brigadir Jenderal Naqeeb memerintahkan Skuadron 79 ke dalam upaya besar pada 24 November 1981. Dua operasi Giraffe dijalankan hari itu, keduanya berkoordinasi dengan MiG-23MS dari Skuadron 39 dan MiG-23MF dari Skuadron 67 dan keduanya memiliki pola yang sama dengan operasi pertama yang berhasil.
Pagi-pagi sekali F-14 yang diterbangkan oleh Kapten Jafar Bahadoran dan Letnan Yadollah Hosseini ditembak jatuh, dan pada sore hari F-14A lainnya yang diterbangkan oleh Mayor Abolfazl Hooshyar dengan Letnan RIO Ahmad Roustaei juga ditembak jatuh dengan kedua kru selamat.
Satu operasi Giraffe terakhir terjadi pada 24 April 1988 ketika sepasang Mirage F-1EQ-4 dan F-1EQ-5 masing-masing melawan satu F-14A. Menggunakan kombinasi split ofensif dan taktik Giraffe, F-1EQ-5 kemudian bertindak sebagai umpan untuk Tomcat melakukan CAP sekitar 50 kilometer selatan Khark, menyeret jet tempur Iran di depan F-1EQ-4 sampai Kapten Ahmed Hussein Khalaf melakukan penguncian dan menembakkan satu Super 530F dari jarak 10 kilometer.
Menurut sumber-sumber Irak, rudal Hussein entah langsung mengenai serangan langsung, atau meledak tepat di bawah kokpit target, pilot dikreditkan dengan pembunuhan yang dikonfirmasi. Namun, apa pun yang dilihat atau disimpulkan orang Irak setelah meninjau film kamera-senjata, Mayor Jalal Zandi berhasil mendapatkan kembali Tomcat yang rusak parah di Bushehr. Hingga selama tahun 1988 Angkatan Udara Iran tidak kehilangan satupun Tomcat.