Raksasa penerbangan Amerika SErikat, Boeing menderita kerugian sepanjang tahun lalu sebagai dampak krisis 737 MAX. Ini merupakan kerugian pertama kalinya Boeing dalam 22 tahun terakhir.
Boeing mencatat kerugian US$636 juta atau sekitar Rp8,65 triliun. Perusahaan itu terakhir kali merugi pada 1997 silam. Kerugian ini sangat kontras dengan 2018 di mana Boeing masih membukukan laba US$10,46 miliar.
“Kerugian ini terutama dampak dari pelarangan terbang (grounding) 737 Max,” kata Boeing sebagaimana dilaporkan Business Insider, Rabu 29 Januari 2020.
Penyetopan penjualan 737 Max membuat profit marjin Boeing minus 2,6 persen. Padahal pada 2018, profit marjin perusahaan masih 11,9 persen. Akibatnya, arus kas Boeing juga negatif US$2,44 miliar dari sebelumnya positif US$15,3 miliar.
Boeing masih berjuang untuk memperbaiki reputasinya usai dua kecelakaan fatal 737 Max. Kejadian yang menewaskan 346 orang tersebut membuat 737 Max di seluruh dunia dilarang terbang. “Kami menyadari banyak yang harus dilakukan,” ujar CEO Boeing, David Calhoun.
Sejak 737 Max dilarang terbang pada Maret 2019, biaya yang harus ditanggung Boeing akibat larangan tersebut mencapai 18 miliar dolar AS.
Pelarangan tersebut tak hanya berdampak negatif bagi Boeing, tapi juga mitra pemasok. Pada awal Januari, AeroSystems yang memproduksi badan pesawat Boeing merumahkan 2.800 pekerja.