Dengan harga sekitar US$ 2 juta atau sekitar Rp28 miliar, menjadikan Cirrus Vision menjadi jet pribadi yang paling terjangkau. Memang ada yang lebih murah tetapi pesawat baling-baling,tetapi jika Anda menginginkan mesin turbin, ini adalah pilihan terbaik.
Pesawat ini kecil hingga pilot dan penumpang berbagi ruang yang sama. Desain ini dipilih karena para insinyur Cirrus membayangkan pemilik pesawat juga akan menjadi pilotnya.
Namun pengaturan itu menghadirkan kekhawatiran bagi penumpang. Bahkan jika Anda bepergian dengan pilot berpengalaman sekalipun. Jika hanya satu orang yang mampu mendaratkan benda itu, apa yang Anda bisa lakukan jika dia pingsan, atau mengalami serangan jantung?
Jangan khawatir, anda cukup menekan satu tombol dan pesawat ini akan melakukan pendaratan darurat sendiri.
Pesawat ini memiliki mesin tunggal yang ada di atas pesawat. Menggunakan satu mesin menjadi salah satu faktor kenapa pesawat ini relatif murah. Untuk memberi ruang bagi pembuangan mesin atau knalpot, ekor pesawat menggunakan desai V.
Jendelanya lebih besar daripada kebanyakan jet karena bodinya terbuat dari serat karbon ringan yang kuat. Sebagai gambaran Boeing 787 juga memiliki jendela lebih besar dengan alasan yang sama. Kursi-kursinya mewah, dan ada pengisi daya USB di seluruh kabin. Pesawat cukup nyaman untuk membawa hingga 7 orang.
Berbeda dengan Icon A5, atau pesawat rekreasi lainnya, Vission adalah pesawat untuk transportasi jarak jauh. Pesawat akan terbang lebih dari 1.000 mil (Cirrus mengatakan kisaran maksimal 1.275 mil laut), dan terbang pada ketinggian 31.000 kaki.
Sebagai cadangan untuk sistem pendaratan, Vission memiliki parasut tersembunyi untuk mendaratkan pesawat.
Karena kemungkinan tidak ada kopilot manusia untuk mengambil alih dalam keadaan darurat, Cirrus memiliki Safe Return. Ini adalah sistem pendaratan autopilot yang dibangun oleh Garmin, dan bagian dari sistem dek penerbangan G3000.
Dalam praktiknya, jika pilot tidak mampu, mendaratkan pesawat dengan aman, tanpa campur tangan manusia. Sistem ini juga tersedia di Piper M600, dan kemungkinan akan segera tersedia di pesawat lain.
Kedengarannya seperti menyeramkan tetapi sebenarnya cukup simpel. Anda cukup menekan tombol, dan sebuah suara dengan tenang mengumumkan bahwa sistemnya aktif. Layar berkedip “Emergency Autoland Active,” dan memberitahu Anda untuk menjauh dari kontrol pesawat. Pesawat kemudian menemukan bandara terdekat yang tersedia, memberitahukan keadaan darurat Anda dengan frekuensi yang tepat, dan mengarahkan menuju landasan yang aman.
Sistem ini memperhitungkan setiap variabel — ketinggian, cuaca, medan, ketersediaan bahan bakar — dan memberi tahu kontrol lalu lintas udara agar siap membantu.
Ketika landasan mulai terlihat jelas, roda pendaratan akan turun dan pesawat melambat. Turun selembut ketika dioperasikan seorang pilot ahli. Pesawat kemudian mendarat, dan melambat hingga akirnya berhenti dengan aman.
Kedengarannya futuristik, tetapi sistem pendaratan otomatis ini sebenarya telah ada selama setahun terakhir bahkan telah digunakan banyak penerbangan. Perbedaannya antara Vission dan sistem jet komersial adalah bahwa para pilot dilatih untuk mengetahui bagaimana secara khusus memonitor autopilot, dan siap untuk campur tangan jika diperlukan.
Safe Return adalah pilihan kedua hingga terakhir. Jika sistem itu tidak dapat membuat Anda mendarat dengan aman, Vision memiliki parasut yang akan digunakan, dan mendaratkan pesawat dengan posisi miring ke atas.