Boeing berencana untuk menghadirkan pengganti model 767 dan 757 yang menua dalam bentuk pesawat ukuran sedang atau mid-sized aircraft (NMA) baru, yang telah dijuluki oleh beberapa outlet media “Boeing 797”, Airbus pun berencana untuk memberikan respons yang memadai dalam upaya merebut pasar di kelas pesawat menengah dan lorong tunggal yang lebih kecil.
Kepala penjualan Airbus Christian Scherer mengatakan kepada Reuters bahwa perusahaan berencana untuk bertarung dengan A330neo-800 untuk pasar menengah dan dengan A321neo di kelas bawah. Scherer menyebut perusahaan akan menggunakan pendekatan ‘Left Hook, Right Hook’.
Kedua jet didasarkan pada airframes lama dengan mesin baru, yang berarti bahwa tidak akan ada penggunaan material komposit yang memungkinkan efisiensi bahan bakar meningkat. Pada saat yang sama, penggunaan frame lama memungkinkan Airbus untuk menjaga harga tetap rendah dan memasuki pasar lebih awal dari NMA Boeing, yang akan dibuat dari awal.
“Program-program tersebut [A330 dan A321] keduanya sangat matang sehingga memberikan fleksibilitas harga Airbus untuk mengatasi segmen pasar menengah,” tambah Christian Scherer.
Terlepas dari efisiensi bahan bakar karena penggunaan bahan komposit, Boeing baru masih menghadapi “tekanan” dari pasar maskapai penerbangan untuk mengirimkannya dengan harga yang bersaing dengan Airbus untuk segmen tersebut.
Kebutuhan membuat pesawat terjangkau bukan satu-satunya masalah yang dihadapi Boeing. Raksasa penerbangan Amerika tersebut baru-baru ini menghadapi masalah reputasi sejak dua kecelakaan fatal yang dialami seri 737 MAX yang mengakibatkan seluruh pesawat yang ada di dunia kini masih dilarang untuk terbang. Laporan pendahuluan menunjukkan bahwa sistem anti-chaos Boeing yang agresif bersama dengan sensor yang salah menyebabkan kedua kecelakaan yang terjadi kurang dari enam bulan tersebut.
Sistem diduga membuat kedua menukik tidak terkendali karena kesalahan sensor angle-of-attack. Pada saat yang sama, pilot pesawat tidak mengetahui sistem atau tidak tahu cara mematikannya sepenuhnya.
Grounded global pesawat itu dimulai setelah Ethiopian Airlines 737 MAX jatuh pada Maret 2019, kurang dari setengah tahun setelah Lion Air 737 MAX jatuh pada Oktober 2018. Kedua insiden itu merenggut nyawa 346 orang.