Pesawat ini disebut Stratolaunch dan dirancang untuk meluncurkan roket ke orbit rendah Bumi, yang berarti pesawat antariksa berada di antara 99 dan 1.200 mil di atas permukaan Bumi. Sebagian besar penerbangan angkasa, serta satelit dan Stasiun Luar Angkasa Internasional, berada di orbit rendah Bumi ini.
Pendiri Stratolaunch Systems Paul Allen berharap pada suatu saat ini bisa meluncurkan roket seukuran pesawat ulang alik NASA.
Sejak diresmikan pada Juni 2017, Stratolaunch telah menjalani serangkaian tes sebelum layanan direncanakan mulai 2020. Pada 18 Oktober 2018, laman YouTube Stratolaunch memposting video uji landasan yang melihat pesawat mencapai kecepatan tertinggi 90 mph.
Sistem Stratolaunch didirikan oleh almarhum Paul Allen, yang mendirikan Microsoft.
Tujuan Allen adalah untuk menyediakan akses yang mudah, dapat diandalkan, dan rutin ke orbit rendah Bumi.
Pesawat akan dilakukan dengan meluncurkan roket menuju ruang angkasa dari udara, yang perusahaan harapkan akan lebih murah daripada peluncuran ruang angkasa komersial yang ada saat ini.
Pesawat ini akan sangat berguna bagi perusahaan yang ingin mengirim satelit ke luar angkasa. Allen ingin akhirnya meluncurkan roket seukuran pesawat ulang alik NASA dari pesawatnya.
Lebar sayap 385 kaki hingga membuatnya lebih lebar dari lapangan sepak bola dan menjadikannya sebagai pesawat besar dalam hal rentang sayap.
Pesawat ini memiliki panjang 238 kaki, tinggi 50 kaki, dan memiliki enam mesin turbofan dengan daya tinggi.
Beratnya 500.000 pon dan membutuhkan 28 roda di antara dua pesawatnya.
Stratolaunch dirancang untuk meluncurkan roket dari udara ke orbit rendah Bumi.
Pesawat perlu melakukan serangkaian tes sebelum terbang.
Pada bulan Oktober, perusahaan melakukan uji landasan di mana pesawat mencapai kecepatan maksimum 90 mph.
Stratolaunch dijadwalkan untuk memulai layanan pada tahun 2020.