Boeing 737 MAX 8 PK-LQP milik Lion Air yang mengalami kecelakaan termasuk sangat baru karena baru diterima maskapai ini pada bulan Agustus tahun ini. Pesawat ini didukung oleh dua mesin CFM LEAP-1B.
Pesawat itu dikirim ke Lion Air pada bulan Agustus tahun ini. Ini didukung oleh dua mesin CFM LEAP-1B dan mendapat kode penerbangan PK-LQP.
Lion mendesain kabin pesawat B737 MAX 8 dengan 180 kursi yang semuanya merupakan kelas Ekonomi. Lantas, apa istimewanya pesawat Boeing 737 MAX 8 yang dioperaiskan oleh Lion Air ini? Apa bedanya dengan varian B737 yang dioperasikan oleh maskapai lain, seperti Sriwijaya Air dan Garuda Indonesia?
Boeing 737MAX 8 didesain sebagai pesawat yang efisien bahan bakar dan nyaman bagi penumpang dengan suasana kabin yang lebih senyap. Bahan bakar 737 MAX juga diklaim lebih hemat 20 persen dibanding generasi 737 saat ini (737 NG). 737 MAX akan meningkatkan kemampuan varian B737 Next Generation (NG) dengan daya jelajah terbang 340-570 mil laut lebih jauh, menjadi 3.500 mil laut (6.500 km).
Dua hal itu, yakni kenyamanan dan efisiensi bisa dicapai oleh B737 MAX 8 dengan peningkatan di sektor aerodinamika dan mesin pesawat. Sayap model baru Dari segi aerodinamika, B737 MAX 8 mengusung desain winglet terbaru, yang dijuluki Scimitar Winglet. Ujung sayap B737 MAX 8 terlihat seperti dibelah menjadi dua, satu menjulur ke atas dan satu ke bawah. Inilah ciri utama varian B737 MAX.
Fungsi sayap winglet model baru ini untuk memecah turbulensi udara yang terjadi di ujung sayap, saat pesawat berjalan dalam kecepatan tinggi. Turbulensi yang dihasilkan itu menghasilkan drag.
Karena menghambat laju pesawat, maka mesin membutuhkan tenaga lebih, yang ujung-ujungnya drag ini membuat konsumsi bahan bakar boros. Dengan winglet tambahan di ujung sayap, turbulensi udara di ujung sayap tadi bisa dipecah.
Dalam uji aerodinamika, udara yang menggulung di ujung sayap terlihat menjadi lurus alirannya, meminimalisir drag. Mesin lebih hemat dan senyap Sementara dari segi mesin, B737 MAX menggunakan mesin jenis terbaru, CFM LEAP 1B.
Desain mesin ini diklaim lebih senyap dibanding generasi mesin sebelumnya, yakni CFM56. Diameter mesin CFM LEAP-1B juga lebih besar 20 cm, sehinga menurut Boeing, menghasilkan thrust lebih besar. Dengan demikian, konsumsi bahan bakar mesin CFM LEAP-1B diklaim 11-12 persen lebih hemat. Operating cost-nya juga diklaim 7 persen lebih hemat dibanding mesin CFM56 yang dipakai varian 737 NG (Next generation).