Dua perusahaan dirgantara asal Italia, yakni Leonardo Aerostructures Division, dan LAER bergabung dengan PT Regio Aviasi Industri (RAI) untuk membangun pesawat turboprop R-80. Komisaris PT RAI Ilham Habibie berharap PT Dirgantara Indonesia (PT DI) juga dapat turut serta mengembangkan dan membuat komponen pesawat tersebut.
Ilham mengatakan saat ini ada dua perusahaan dirgantara asal Italia, yakni Leonardo Aerostructures Division, dan LAER yang telah menyepakati kolaborasi pengembangan dan pembuatan komponen Aerostruktur Utama Pesawat R-80, terutama pada bagian badan dan buntut pesawat.
“Kami mengharapkan PT DI mengambil bagian ini, misalnta kokpit dan sayap karena bagian ini belum ada mitranya,” kata Ilham Jumat 23 Februari 2018 sebagaimana dilaporkan Antara..
Ilham menjelaskan dari keseluruhan bagian pesawat, hanya bagian sayap, bagian luar sayap, kokpit pesawat, serta sistem seperti pada engine dan kaki pesawat atau landing gear, yang belum mendapatkan dukungan kemitraan dari investor.
Ia menambahkan PT RAI sudah beberapa kali melakukan pembicaraan, namun saat ini PT DI tengah memfokuskan pada pengembangan pesawat N219.
“Kami sudah beberapa kali bicara, tapi belum secara formal. Mereka memang belum bisa komitmen dengan ini karena mereka fokus ke N219,” kata Ilham.
RAI saat ini mengembangkan Program Pesawat R80 untuk pasar dalam negeri International. Perusahaan sudah menyelesaikan Fase pertama, yaitu Preliminary Design & Feasibility pada 2016 dan sudah mendapatkan order sebanyak 155 pesawat.
Pemesanan pesawat berpenumpang 80 orang tersebut terdiri dari NAM Air sebanyak 100 unit; Kalstar 25 unit, Trigana Air 20 unit dan Aviastar 10 unit. Harga per unit pesawat sebesar 25 juta dolar AS.
Saat ini RAI tengah mengerjakan fase kedua, yaitu Full Scale Development yang direncanakan selesai 2025, di mana 2022 akan dilakukan terbang perdana. Kemudian pada fase ketiga, yaitu Serial Production akan dimulai tahun 2025, di mana RAI akan mulai menyerahkan pesawat untuk pelanggan.
Ada pun keunggulan pesawat R80 dari pesaing terdekatnya, yaitu ATR-72 yang digunakan Garuda Indonesia, antara lain lebih efisien, nyaman dan ekonomis terutama untuk jarak dekat dengan jarak tempuh 400-800 nautical mile atau sekitar 1400-1500 kilometer.
Pesawat ini juga dinilai cocok untuk penerbangan domestik antarpulau di Indonesia dan tidak membutuhkan landasan yang terlalu panjang sehingga bisa mendarat di bandara kecil.