Sudah lebih dari tiga tahun sejak Malaysian Airlines Flight 370 lenyap. Biaya pencariannya telah menghabiskan 150 juta dollas AS dengan menjelajahi sebagian besar wilayah Samudera Hindia. Tetapi, uang begitu besar hanya terbayar dengan sejumlah potongan badan pesawat yang nyaris tidak berdampak signifikan.
Kotak hitam Boeing 777 pun nampaknya tidak akan pernah bisa ditemukan, dan sebagai akibatnya, kita tidak akan pernah tahu, mengapa pesawat itu jatuh dan apakah ada cara mencegah bencana serupa di masa depan.
Tetapi Airbus kini punya solusinya, yaitu sebuah perekam data penerbangan yang bisa mengapung. Pada pesawat besar yang sering terbang di atas air atau daerah terpencil, produsen pesawat Eropa ini akan memasang kotak hitam kedua yang berlokasi di bagian belakang badan pesawat, dengan sistem ejeksi mekanis.
Jika pesawat jatuh ke laut, kotak hitam akan keluar dengan aman, mengambang dan kemudian mengeluarkan sinyal dengan pemancar darurat, untuk membantu tim penyelamat menemukannya.
Kotak hitam ini hanya akan memaksa dirinya keluar jika terjadi deformasi struktural atau terendam di kedalaman enam kaki. Dengan demikian, kotak hitam ini tidak akan keluar dari badan pesawat jika hanya mengalami turbulensi berat atau pendaratan keras.
Setelah kehilangan MH370, Otoritas Penerbangan Sipil Internasional mengadopsi sebuah standar baru yang mewajibkan pesawat untuk melaporkan posisinya setidaknya setiap 15 menit. Dalam situasi darurat, langkah itu sampai setiap menit. Produsen pesawat juga menyelidiki data penerbangan terus-menerus yang melaporkan melalui satelit untuk memantulkan informasi tentang berbagai parameter ke pusat kendali perusahaan penerbangan.
Kotak hitam dan perekam data baru ini akan tersedia pada 2019, dimulai dari jet A350 dan akan diperluan jangkauan pemakainnya dalam seri-seri Airbus yang lain.