Sudah tahu kan Gunung Agung di Bali sedang meletus? Nah, karena Bali tujuan wisata nomor satu di Indonesia, otomatis dampak letusan ini terasa di seluruh dunia.
Kok bisa?
Iya, karena puluhan ribu turis dari berbagai negara tidak bisa pulang. Pesawat yang mestinya membawa mereka ditunda. Tentu tak lain karena abu gunung api sangat berbahaya bagi pesawat. Dalam kesepakatan yang berlaku global, penerbangan harus menghindari kawasan dimana abu letusan gunung ditemukan.
Pesawat menghindari wilayah udara yang ada abu vulkanik di dalamnya karena abu dapat merusak fungsi baling-baling atau mesin pesawat jet. Abu ini, karena sangat halus, maka akan mampu masuk hingga ke ruang mesin dan bilah yang berputar. Bahan silika yang terdapat dalam abu gunung api ini sangat berbahaya.
Abu bisa menjadi bencana, seperti yang terjadi pada British Airways yang terbang dengan Boeing 747. Pada tahun 1982, saat mereka terbang melalui awan abu dari gunung berapi Galunggung di Jawa Barat. Keempat mesin berhenti, memaksa pesawat untuk turun dari ketinggian 36.000 kaki ke ketinggian 12.000 kaki sebelum akhirnya mereka mendarat darurat.
Tapi, itu bukan satu-satunya masalah. Abu juga bisa menutup kaca depan kokpit, merusak penutup pesawat dan lampu, dan bahkan melapisi pesawat sedemikian rupa nampak tertutup seluruhnya. Di landasan pacu, abu menciptakan masalah tambahan saat lepas landas dan mendarat, karena abu akan berputar-putar di udara, dan mesin bisa menyedotnya kembali. Jadi, ini akan membuat kerusakan berulang dan mengerikan pada bilah yang berputar yang tiba-tiba terkontaminasi.
Seperti apa sebenarnya itu terjadi?
Penumpang penerbangan BA yang menabrak abu pada 1982 mengatakan bahwa dia melihat mesin pesawat nampak berkilat. Sejenak kemudian, keempat mesin memercikkan api dan mati. Semua orang di dalam pesawat gaduh melihat kejadian itu. Pilot kemudian menenangkan seluruh penumpang dengan mengatakan bahwa mereka sedang berusaha mengatasi masalah. Setelah mencoba, tiga dari empat mesin berhasil hidup kembali. Karena memiliki banyak masalah, pilot memutuskan pesawat untuk mendarat darurat.
Abu gunung api menjadi sangat berbahaya bagi pesawat, justru karena bentuknya yang sangat halus. Diameternya kurang dari 2mm, dan dalam banyak kasus bahkan diameternya hanya 6 mikron. Dengan ukuran itu, abu ini mudah dibawa angin dan terbang di udara panas dari gunung berapi. Setelah terbawa ke angkasa, abu ini bahkan bisa mengendap disana dan membutuhkan waktu dua hingga tiga tahun untuk benar-benar hilang.