Hercules milik Malaysia terpaksa mendarat darurat di Bandara Labuan, 18 November lalu. Belum diketahui apa penyebabnya. Yang jelas, pesawat itu mendarat dengan bantuan busa di landasan setelah roda pendaratannya tidak berfungsi.
Namun, pilot dan awak kabin pesawat angkut C-130 Hercules yang terpaksa melakukan pendaratan darurat kemarin telah mengikuti prosedur operasi standar (SOP), kata kepala Angkatan Udara Kerajaan Malaysia, Tan Sri Datuk Seri Affendi Buang.
Dia mengatakan awak pesawat telah mendaratkan pesawat dengan aman secara profesional dan terkendali meski pesawat telah mendarat tanpa landing gear utamanya.
“Pendaratannya lancar, sementara metode dan teknik yang diadopsi oleh pilot saat mendarat adalah persis bagaimana pesawat seharusnya ditangani. Saya ingin mengucapkan selamat kepada pilot dan awak kabin karena melakukan pendaratan darurat dan menangani situasi dengan baik, tanpa cedera dan dengan kerusakan minimal pada pesawat terbang,” katanya dalam sebuah konferensi pers di RMAF Membedai Base Camp.
Affendi mengatakan bahwa pelatihan simulator yang sedang berlangsung dalam skenario seperti itu telah membantu awak pesawat untuk mendaratkan pesawat dengan selamat. “Profesionalisme pilot dan awak kabin memungkinkan insiden itu bebas dari kecelakaan. Sebenarnya, aset pemerintah telah diselamatkan dari kerusakan lebih lanjut,” tambah Affendi.
Affendi mengatakan penyelidikan atas insiden tersebut sedang dilakukan untuk mengidentifikasi masalah teknis yang menyebabkan roda pendaratan utama dari sisi kanan kanan tidak berfungsi saat pesawat mendekati bandara. “Saat ini, penyelidikan sedang dilakukan untuk memastikan mengapa roda pendaratan utama tidak turun. Namun, ini bukan kasus terisolasi karena masalah seperti itu juga terjadi pada pesawat lain di negara lain. Sebenarnya, akan ada kerusakan dan korban yang serius jika tidak ditangani dengan benar,” katanya.
Malaysia memiliki empat pesawat Hercules C-130 yang berbasis di kamp tersebut. Dalam insiden pukul 5.15 WIB itu, pesawat yang menuju ke Base RMAF Kuching, melakukan pendaratan darurat setelah mengitari wilayah udara selama enam jam untuk membakar bahan bakar.