Maskapai Hongkong Express dilarang melakukan pembelian atau menerima pengiriman pesawat baru. Juga tidak dapat menambahkan jadwal atau tujuan baru ke jaringannya. Larangan itu keras sekali. Ya, dan pekan lalu otoritas penerbangan Hongkong baru saja mengumumkannya. Sebagai sebuah hukuman.
Departemen Penerbangan Sipil (CAD) Hongkong juga menyetujui hukuman tersebut. Disebut-sebut, itu adalah hukuman yang paling keras dalam 20 tahun terakhir. Penyebabnya, maskapai tersebut dengan sepihak membatalkan lusinan penerbangan beberapa hari sebelum minggu liburan besar di China pada bulan Oktober. Pembatalan itu menyebabkan sekitar 2.000 penumpang terlantar.
Sebuah laporan hasil penyelidikan internal maskapai yang dilakukan oleh regulator penerbangan menyimpulkan bahwa telah terjadi penyimpangan dalam manajemen internal dan tata kelola perusahaan. Termasuk dalam masalah itu adalah burknya perencanaan sumber daya manusia, kurangnya komunikasi internal yang efektif dan tidak adanya perkiraan yang memadai dari dampak pembatalan. Pendeknya, maskapai gagal paham bahwa pembatalan itu bisa mengacaukan jadwal liburan ribuan orang.
HNA Group kemudian memecat CEO Hongkong Express, Andrew Cowen dan eksekutif senior lainnya karena dianggap tidak mampu menangani masalah itu.
Juru bicara CAD mengatakan bahwa hukuman yang paling keras dalam dunia penerbangan adalah pencabutan sertifikat operasi udara, sebuah lisensi yang dibutuhkan untuk terbang. Hukuman itu sangat jarang diberikan. Bahkan, peristiwa terakhir di Hongkong adalah sekitar 20 tahun yang lalu, ketika sertifikat sebuah operator helikopter dihentikan selama sekitar tiga bulan karena operator itu lalai dalam soal keselamatan.
Insiden ini bermula pada 24 September lalu, ketika maskapai ini tiba-tiba membatalkan 18 penerbangan antara Hongkong dan Seoul, Korea Selatan serta Osaka dan Nagoya di Jepang. Penerbangan yang dibatalkan adalah antara tanggal 1 dan 8 Oktober. Padahal, kedua tanggal tersebut menandai dimulai dan selesainya masa liburan Hari Nasional China yang sibuk. Liburan itu dikenal sebagai “Minggu Emas”.