Kemarin, kita tulis soal potensi pendapatan 30 M dollar AS dari bisnis internet di pesawat. Bagaimana sebenarnya bisa muncul uang sebanyak itu?
“Kita semua terhubung dengan aplikasi dalam beberapa bentuk dan pada tingkat yang berbeda-beda. Terjemahan dari permintaan akan konektivitas konstan ke pesawat masuk akal. Permintaan penumpang hanya akan meningkat dalam korelasi dengan tren terestrial,”kata Ben Griffin, wakil presiden regional untuk Timur Tengah dan Afrika di Inmarsat Aviation.
Ia menambahkan, akses internet onboard kini dipandang oleh penumpang sebagai harapan ketimbang kemewahan. Artinya, internet di pesawat yang mahal itu bukan sesuatu yang istimewa lagi. Mereka bahkan melihat itu sebagai kebutuhan mendasar, sebagaimana makanan atau toilet di pesawat.
Tapi tren itu bisa mengubah struktur pesawat saat ini. Perusahaan penerbangan lainnya harus membuat keputusan apakah mereka ingin terus menyediakan sistem hiburan seatback atau apakah mereka memiliki kebijakan ‘bawa perangkat Anda sendiri’.
Apa maksudnya?
Selama ini kita disediakan hiburan oleh maskapai. Mereka memasang layar dimana ada daftar film dan lagu disana. Jika internet sudah tersambung dengan baik dan lancar, penumpang tidak butuh itu lagi. Mereka akan mengambil semua yang dibutuhkan dari internet.
Griffin mengatakan bahwa ada perkembangan yang jelas, bahwa penumpang akan cenderung untuk membawa perangkat sendiri. Beberapa operator seperti American Airlines telah memutuskan untuk tidak melengkapi pesawat baru mereka dengan hiburan seatback.
Menurut penelitian, pada 2018, perusahaan penerbangan diperkirakan akan menghasilkan pendapatan tambahan sebesar 1 miliar dollar AS dari broadband inflight, dengan angka tersebut melonjak menjadi 15 miliar dollar AS pada tahun 2028.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendapatan tambahan dari konektivitas inflight akan berasal dari empat aliran; biaya akses internet, onboard e-commerce, berhubungan dengan pengiklan, dan konten premium.
Sejauh ini, bagaimanapun, maskapai penerbangan tampaknya tidak menyempurnakan formula untuk kecepatan atau harga konektivitas internet tingkat tinggi. Dan saat ini, hanya sekitar 53 dari sekitar 5.000 maskapai penerbangan di seluruh dunia menawarkan konektivitas broadband.
“Sampai saat ini, maskapai penerbangan harus melakukan adaptasi dengan teknologi yang telah tersedia. Memang, beberapa penyedia telah mengganti bandwidth yang dirancang untuk aplikasi alternatif (terutama layanan TV satelit di rumah) yang menghasilkan solusi yang kurang optimal,” kata Griffin seperti dikutip Gulf News.
Dia menambahkan, bagaimanapun teknologi akhirnya berhasil memenuhi harapan penumpang. Griffin mengatakan bahwa layanan yang konsisten, berkualitas tinggi, dengan bandwidth tinggi merupakan prasyarat kunci bagi maskapai untuk mewujudkan peluang memperoleh pendapatan tambahan itu.