Petugas transportasi federal Amerika Serikat sedang menyelidiki sebuah kecelakaan bulan lalu antara pesawat tak berawak (drone) dan sebuah helikopter. Drone itu dioperasikan oleh warga sipil sedangkan helikopter itu milik Angkatan Darat yang berada di New York untuk mendukung pengamanan sidang bagi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pesawat tak berawak itu bertabrakan dengan helikopter Black Hawk di sebelah timur Staten Island pada 21 September.
Helikopter tersebut mengalami kerusakan pada bilah rotor utamanya dan sebuah jendela namun mendarat dengan selamat di Bandara Linden di New Jersey. Tidak ada personil Angkatan Darat yang terluka.
Ketakutan adanya insiden antara drone dan pesawat atau heli bermuatan sebenarnya sudah lama mengemuka di AS. Banyak pihak mendorong pemerintah segera mengesahkan sebuah aturan baku standar operasional drone. Mengingat bahwa AS adalah negara dengan tingkat kesibukan angkutan udara yang sangat tinggi. Sementara banyak pengguna drone, yang kebanyakan adalah penghobi, belum memahami bagaimana mengoperasikan pesawat kecilnya secara aman.
Pengguna drone juga mayoritas tidak paham mengenai jalur penerbangan sipil, dan bahwa di langit terdapat peta lintasan dimana pesawat selalu lewat. Sejauh ini, kawasan yang relatif aman dari drone hanya di sekitar bandara, itupun karena pengamanan yang ketat.
Dewan Keselamatan Transportasi Nasional mengumumkan bahwa pihaknya menyelidiki kecelakaan tersebut dan telah mewawancarai operator pesawat tak berawak tersebut. Administrasi Penerbangan Federal berpartisipasi dalam penyelidikan.
Helikopter itu berbasis di Fort Bragg, North Carolina. Pejabat Angkatan Darat AS mengatakan, setelah kecelakaan tersebut, AD akan memikirkan ulang prosedurnya untuk misi domestik di daerah-daerah berpenduduk.