Mobil tanpa sopir sudah. Pesawat tanpa pilot, ini baru kontroversi. Sebagian bilang, jika mobil makin biasa di jalanan tanpa sopir, maka seharusnya pesawat segera menuju ke arah yang sama. Cuma, survei terakhir menunjukkan bahwa penumpang lebih tenang jika ada pilot di area kokpit. Pilot itu manusia, dan bukan robot.
Padahal, industri penerbangan sudah menunggu-munggu. Bagaimana tidak, menurut perhitungan sebuah lembaga keuangan, maskapai bisa menghemar hingga 30 milliar dollar AS selama dua dekade pertama jika teknologi ini bisa diterapkan.
Mengapa maskapai berharap teknologi ini secepatnya bisa diterapkan? Yang mereka perhitungkan adalah beban biaya seperti gaji, pensiun, dan pelatihan. Lalu yang sangat strategis adalah bahwa jika pesawat bisa terbang tanpa pilot, maka maskapai manapun akan bebas dari ancaman aksi mogok atau kelangkaan pilot.
Lembaga keuangan ini menyatakan, penghematan 30 miliar dollar AS itu dapat dirinci dengan 26 miliar penghematan karena tidak lagi harus membayar pilot. Kemudian ada 3 miliar dollar AS yang berasal dari turunnya beban asuransi dan biaya pelatihan. Dan sisa miliar dollar diperoleh dari operasi yang dioptimalkan dari teknologi tanpa pilot.
Penerbangan tanpa pilot tentu tidak akan membuahkan hasil dalam semalam. Justru ini diharapkan berlangsung secara bertahap agar semakin sempurna. Selama 30 tahun terakhir, teknologi telah menjadikan navigator dan insinyur penerbangan tak diperlukan lagi, sehingga mengurangi awak pesawat di kokpit dari empat menjadi cukup dua. Dengan perkembangan lebih lanjut dan inovasi tanpa henti, beban kerja di kokpit akan semakin berkurang ke titik di mana hanya satu pilot yang dibutuhkan. Sesudah era satu pilot itu, tentu saja teknologi otonom membuat pilot manusia tidak diperlukan lagi.
Menurut perhitungan lembaga riset, penerbangan tanpa pilot sepenuhnya mungkin baru bisa diimplementasikan tahun 2030. Masih banyak tantangan besar menuju kesana, yang paling sulit adalah membujuk orang untuk naik pesawat yang tanpa pilot.
Dalam sebuah studi baru-baru ini yang dilakukan oleh lembaga UBS, 54% dari 8.000 orang yang disurvei oleh perusahaan tersebut mengatakan bahwa mereka tidak akan naik penerbangan tanpa pilot. Menurut UBS, keempat kelompok yang paling tidak mungkin naik pesawat tanpa pilot adalah pelajar dan pengangguran, kalangan yang peduli dengan keselamatan penerbangan, mereka yang memesan perjalanan melalui telepon, dan kelompok perempuan.
Di antara mereka yang paling mungkin terbang di pesawat tanpa pilot adalah orang berusia 18 sampai 34 tahun, warga negara AS, penumpang bisnis, dan orang-orang yang memesan perjalanan mereka di lokasi atau melalui email.