Tanpa mesin, tapi siap menembus atmosfer. Proyek ambisius ini memang dijalankan para penggila dunia penerbangan, ilmuwan idealis dan didukung perusahaan yang memandang penting inovasi. Dua mengenalnya sebagai proyek Airbus Perlan Mission II.
Proyek ini adalah sebuah inisiatif untuk menerbangkan glider tanpa mesin ke tepi angkasa. Tujuannya untuk mengumpulkan data perubahan iklim, cuaca dan penerbangan di ketinggian tertentu. Akhir Agustus ini, Perlan II mencapai ketinggian baru di musim kedua uji terbangnya. Mengambil lokasi di El Calafate, Argentina, Pilot Jim Payne, Morgan Sandercock, Tim Gardner dan Miguel Iturmendi telah mengapung di ketinggian maksimum 32.500 kaki. Selama dua bulan ke depan, target mereka adalah memecahkan rekor tim eksplorasi pertama yang sebelas tahun lalu mencapai ketinggian 50.727 kaki. Airbus bahkan menghitung, Perlan II bisa terbang hingga ketinggian 90.000 kaki.
Sepanjang penerbangan tanpa mesin itu, pesawat akan mengumpulkan data ilmiah di atmosfer. Perlan II memiliki fasilitas yang cukup baik untuk menunaikan tugas ini.
El Calafate, wilayah Patagonian Argentina, dipilih sebagai lokasi ujicoba karena memiliki beberapa kelebihan. Tempat ini berada di salah satu dari sedikit lokasi di bumi di mana kombinasi angin pegunungan dan pusaran kutub menciptakan gelombang gunung stratosfer tertinggi di dunia. Arus udara ini diyakini oleh para pilot dapat membawa Perlan II terus ke atas, ke tepi atmosfer.
“Airbus Perlan Mission II akan memungkinkan kita untuk mempelajari berbagai fenomena atmosfer yang pada akhirnya akan memberi kita model atmosfer yang lebih akurat dan perubahan iklim yang penting bagi setiap warga dunia,” kata CEO Perlan Project, Ed Warnock.
Desain Perlan 2 memungkinkannya mengumpulkan sampel udara yang tidak terkontaminasi dari berbagai ketinggian. Tidak seperti balon cuaca, pesawat ini meski tanpa mesin tetapi bisa dikemudikan, bisa berhenti di satu lokasi, dan bisa lepas landas dan mendarat di bandara yang sama.
Selain mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan iklim, Airbus Perlan Mission II juga akan memberikan wawasan tentang turbulensi dan efek radiasi pada pilot dan pesawat terbang. Airbus sendiri membiayai proyek ini karena mereka memperoleh manfaat dari penelitian yang dilakukan. Jumlah penumpang udara yang meningkat membuat Airbus tertantang menjawab pertanyaan tentang bagaimana mengangkut penumpang dengan aman dan lebih efisien. “Pengetahuan yang akan dikumpulkan oleh Airbus Perlan Mission II ini sangat berharga. Penemuan Perlan akan membantu kita membentuk masa depan dirgantara dengan inovasi yang berkaitan dengan desain dan teknik, perjalanan udara lebih efisien dan bahkan ilmu penerbangan yang terkait dengan perjalanan di Mars,” ujar Allan McArtor, Chief Airbus Americas.
Airbus Perlan Mission II adalah sebuah inisiatif untuk menerbangkan sebuah glider yang tidak bermesin ke tepi angkasa, lebih tinggi dari pesawat bersayap lainnya yang telah beroperasi di tingkat yang sama. Proyek ini diharapkan mampu membuka penemuan baru yang terkait dengan penerbangan, cuaca dan iklim ketinggian. Proyek bersejarah ini adalah puncak dari inovasi penelitian dan teknik, dan karya tim penerbang dan ilmuwan independen yang tak kenal lelah yang secara sukarela memanfaatkan waktu dan keahlian mereka untuk proyek non profit Perlan selama dua dekade. Proyek ini didukung oleh Airbus dan sekelompok sponsor lainnya yang mencakup Weather Extreme Ltd., United Technologies dan BRS Aerospace.