Seperti apakah kesibukan di airport di masa depan?
Banyak pertanyaan muncul dari para saintis dan futuris, sampai kapan sebenarnya model kegiatan di bandara akan seperti ini? Cara kita mengakses layanan bandara tidak berubah dalam puluhan tahun. Orang datang, masuk ke pintu boarding, dilayani maskapai dan harus antri, kemudian ke ruang tunggu dan baru terbang. Sementara di kedatangan, begitu turun pesawat kita harus antri memilih bagasi, lalu keluar melalui pemeriksaan.
Bagi sebagian orang, bandara benar-benar menyita waktu. Mengapa kita harus datang 3 jam sebelum terbang, dalam beberapa kasus, bahkan maskapai dan otoritas bandara meminta penumpang datang jauh lebih dini. Misalnya ketika para pegawai bandara mogok kerja atau ada masalah sistem.
Orang pengen cepat, ingin lebih baik, lebih dilayani. Kita tidak mau membayar mahal untuk tiket pesawat dan masih harus menunggu lama hanya untuk terbang.
Sebuah sistem baru sedang dipikirkan, yaitu tentang bagaimana kita bisa menghemat waktu di bandara. Ini adalah visi yang diharapkan para perencana bandara akan menjadi kenyataan saat teknologi baru diluncurkan, mengubah pengalaman melelahkan dalam antrian panjang di terminal yang penuh sesak menjadi sesuatu yang jauh lebih menyenangkan.
Kawasan yang terus bergerak untuk upaya-upaya semacam ini adalah Asia Pasifik dan Timur Tengah. Kedua region ini bersaing ketat karena secara geografis diuntungkan sebagai hub penerbangan dunia. Sebagai hub utama, keduanya bersaing untuk meningkatkan jumlah penumpang yang menggunakan jasanya, terutama penumpang jarak jauh yang dapat memilih rute perjalanan mereka.
Seth Young, direktur Pusat Studi Penerbangan di Ohio State University, kepada AFP mengatakan bahwa dua kawasan ini adalah dua kantong utama pertumbuhan teknologi karena mereka benar-benar bersaing menjadi hub global untuk transportasi udara. “Jika saya akan terbang dari New York ke Bengaluru, apakah saya melakukan transfer melalui Abu Dhabi atau Dubai atau apakah saya melakukan transfer melalui Hong Kong? Itu pasar besar dan besar,” kata Young memberikan analisa awalnya.
Teknologi. Ya, dunia penerbangan akhirnya menengok ke teknologi. Tidak bisa tidak, jawaban atas kegelisahan sebagian besar penumpang ada dalam pengembangan teknologi. Pemanfaatan teknologi baru merupakan tantangan besar bagi operator bandara di Asia Pasifik dan Timur Tengah. Ada potensi uang besar disana, tetapi sekaligus menuntut banyak perubahan dari model bisnis lama yag sudah puluhan tahun dipraktekkan di bandara-bandara besar itu. Dengan penerapan teknologi baru, para analis memperingatkan bahwa operator bandara mungkin harus merogoh saku mereka cukup dalam bahkan hingga miliaran dolar.
Salah satu yang banyak dibahas belakangan adalah teknologi pemindaian wajah. Teknologi ini sudah melahirkan banyak pro kontra. Dubai sudah menerapkannya dan Changi di Singapura yang dianggap sebagai bandara terbaik di dunia, tengah siap meluncurkan teknologi biometrik ini di terminal baru yang akan dibuka akhir tahun ini.
Dengan teknologi ini, penumpang akan memindai wajah mereka saat pertama kali check in dan pada tahap selanjutnya, memungkinkan mereka menjalani seluruh proses dengan cepat tanpa harus bertemu fisik dengan staf bandara.
Lalu, apalagi yang bisa dilakukan untuk memperbaiki layanan bandara?