Banyak yang menyangka, turbulensi seperti digambarkan di film. Namanya juga film, pasti mendramatisir keadaan. Pesawat tidak mungkin terguncang naik turun seperti mainan yoyo. Ya, memang dia terhempas, tetapi kecil sekali jarak hempasannya. Mengapa begitu menakutkan? Karena itu pesawat dan ada di langit. Kita semua membayangkan itu akan jatuh. Beda jika kendaraan darat, kita yakin sekuat apa goncangan, kendaraan itu tetap akan menapak tangan. Jadi, imajinasi punya peran disini.
Banyak yang bertanya, apakah pesawat kecil lebih aman dibanding yang berukuran besar dalam soal turbulensi ini? Jawabannya, tidak ada yang mutlak. Semua relative dari sudut pandang alam dan kemampuan pesawat itu sendiri. Jangan salah, pesawat kecil bahkan bisa bermanuver layaknya kondisi turbulensi di langit.
Kalau begitu, di lokasi mana sebaiknya kita duduk agar punya dampak yang paling ringan terhadap turbulensi? Sejumlah pilot mengatakan, bagian paling dekat dengan sayap relative. Meskipun tidak menghasilkan banyak perbedaan, tempat yang paling halus untuk duduk ada di atas sayap. Mengapa? Karena di titik inilah pusat gravitasi pesawat berada dan jika disebut sebagai pengungkit ketika turbulensi, maka area di sekitar pesawat ini layaknya sumbu. Jadi, dia relatif lebih stabil dibanding kokpit dan ekor.
Beberapa pilot juga menyampaikan pengalamannya menghadapi turbulensi. Seorang pilot bercerita, dia pernah mengalami peristiwa itu tepat di atas Samudera Atlantik. Itu adalah jenis turbulensi yang akan diingat semua orang, kata pilot itu. Goncangannya sangat besar sehingga pesawat benar-benar naik turun tak terkendeli. Pilot itu sampai mendengar barang pecah belah seperti piring yang ada di dapur pesawat pecah berantakan dengan suara mengerikan.
“Aku ingat pernah ada yang bertanya, bagaimana sebenarnya. Apakah pesawat berguncang naik-turun ataukah goyang ke samping. Aku terus mencermati altimeter. Seingatku, pesawat bergoncang naik turun dengan jarak kurang dari 40 kaki, ya hanya 40 kaki sebenarnya. Namun memang ketika itu semua kacau, arah pesawat juga terbaikan untuk sementara. Aku yakin, banyak penumpang merasa bahwa mereka sudah terjun sejauh 3.000 kaki dalam dua detik,” kata pilot itu.
Anda juga mungkin membayangkan pilot akan panik sampai berkeringat menghadapi situasi ini. Kapten pilot akan sibuk memberi instruksi. Tetapi sebenarnya bayangan itu jauh dari apa yang sebenarnya terjadi. Kebanyakan pilot telah memahami apa dan bagaimana turbulensi. Mereka bahkan mengalaminya beberapa kali, jadi kemudian peristiwa itu bagi mereka menjadi sesuatu yang biasa saja.
Awak penerbangan di seluruh dunia telah membagi turbulensi dalam klasifikasi ringan, sedang dan berat. Batasan tersebut tercantum dalam manual merek dan membantu melakukan penilaian mengenai tindakan yang harus diambil. Jika turbulensi berlangsung cukup lama, pilot mungkin akan merubah ketinggian pesawat dan menemukan jalur yang lebih nyaman.
Seorang pilot mengatakan, dalam karier terbangnya selama lebih dari 10.000 jam, dia pernah mengalami turbulensi parah berdurasi sekitar lima menit. “Ini sangat tidak nyaman tapi tidak berbahaya. Pesawat mungkin bergoyang naik turun sampai 30 meter atau lebih, tapi tidak ribuan kaki seperti yang Anda dengar dari cerita orang-orang. Saya ingin katakan, turbulensi sangat jarang sehingga para penumpang relatif tidak pernah mengalaminya,” ujarnya.