Maskapai penerbangan terbesar India, IndiGo mengatakan akhir pekan lalu bahwa mereka telah meng-grounded delapan jet Airbus A320neo. Ke delapan pesawat itu terpaksa tidak bisa dipakai karena tidak ada suku cadang mesin untuk mengganti bagian yang butuh perbaikan. Armada terbaru ini memang bermasalah, karena terkait dengan mesin yang diproduksi Pratt dan Whitney.
Tidak hanya IndiGo, maskapai saingan mereka, GoAir juga menghadapi penundaan penerimaan pesawat baru dari Airbus. Masalah ini terus berlanjut karena mesin yang dikembangkan oleh Pratt dan Whitney, yang dimiliki oleh United Technologies, mengalami persoalan dan belum ditemukan solusinya. Media-media lokal India melaporkan bahwa ada 13 pesawat yang telah di parkir, dan maskapai tersebut terpaksa membatalkan 84 penerbangan. Namun IndiGo menegaskan hanya ada 8 yang di-grounded.
IndiGo, yang dimiliki oleh InterGlobe Aviation, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka sebenarnya juga telah meng-grounded sembilan pesawat A320neos pada bulan Juni karena kurangnya mesin cadang.
Indigo mengatakan, empat pesawat saat ini tidak bisa terbang karena suku cadang mesinnya bermasalah di bea cukai. Maskapai tersebut memang sedang bermasalah terkait pajak penjualan di India yang baru. “Semua ini telah menyebabkan pembatalan penerbangan yang tidak direncanakan. Semua penumpang telah diberitahu tentang perubahan dan diakomodasi sesuai dengan ketentuan,” kata juru bicara IndiGo.
IndiGo juga menegaskan, bahwa mereka telah menyusun jadwal yang lebih sesuai karena ada gangguan pesawat pada Juni. Jadwal itu menyangkut  pembatalasan sejumlah penerbangan pada Juli, Agustus dan September. Penumpang yang terkena dampak masalah ini telah diakomodasi dengan pilihan yang sesuai.
IndiGo menerbangkan 40 persen penumpang pesawat di India, mengoperasikan sekitar 900 penerbangan setiap hari.