Boeing pernah menyatakan, pilot tidak dibutuhkan lagi untuk menerbangkan pesawat kelak. Tetapi, mayoritas penumpang nampaknya lebih nyaman, jika ada manusia di belakang kemudi pesawat.
Sekarang sudah ada robo taksi. Sebuah mobil pengantar penumpang yang diuji tanpa pengemudi di kota-kota di seluruh dunia. Jika itu berhasil, dan sopir tidak diperlukan lagi, maka kita tahu hanya masalah waktu sampai seseorang menyarankan sebuah pesawat komersial bisa terbang tanpa pilot.
Menendang pilot dari kokpit adalah penghematan biaya yang sangat besar untuk penerbangan. Penumpang pun akan menerima berkahnya, karena dengan demikian harga tiket bisa ditekan.
Tapi, apakah penumpang mau terbang di pesawat yang tak ada pilot di kokpitnya?
Jawabannya ternyata : tidak!
Setidaknya itulah kesimpulan yang diperoleh dalam sebuah survei baru terhadap 8.000 orang di AS, Eropa dan Australia. UBS, sebuah lembaga survey, melakukan survei tersebut pada Juni dan hanya menemukan 17 persen penumpang yang bersedia terbang dengan pesawat tanpa pilot. Sebagai perbandingan, lebih dari setengahnya mengatakan bahwa mereka tidak mungkin mau membeli tiket pesawat yang tak ada pilot di dalamnya.
Para responden dipancing dengan pernyataan bahwa kebanyakan orang suka dengan barang yang harganya lebih murah. Pesawat tanpa pilot memungkinkan maskapai menjual tiket lebih murah. Karena itu, UBS bertanya, pada harga seberapa murah, penumpang mau membeli tiket sebuah penerbangan tanpa pilot. “Mungkin mengejutkan, separuh responden mengatakan mereka tidak akan membeli tiket tanpa pilot meski harganya lebih murah,” papar UBS dalam laporan survey mereka.
Penelitian ini dilakukan di tengah situasi dimana maskapai penerbangan di seluruh dunia menghadapi kekurangan pilot karena penambahan penerbangan dan banyaknya pilot yang pensiun. Kombinasi itu menaikkan biaya dan memaksa maskapai penerbangan membayar lebih, untuk mempertahankan pilot berkualitas dan berusaha menambah pilot baru. Maskapai penerbangan di Cina dan Timur Tengah, di mana industri penerbangan tumbuh jauh lebih cepat daripada di Eropa dan AS, bahkan menyatakan siap membayar bonus yang lebih bagi pilot.
UBS memperkirakan industri ini dapat menghemat 35 miliar dollar AS dan memberikan penghematan kepada penumpang melalui tarif yang lebih rendah jika maskapai penerbangan dapat mengoperasikan pesawat tanpa pilot. Teknologi itu sendiri diperkirakan akan bisa diterapkan setidaknya pada tahun 2025. Tetapi kondisi ini ada syaratnya, yaitu penumpang dan regulator harus dilatih agar merasa nyaman dengan ide bahwa tidak ada yang duduk di kokpit. Ini akan menjadi lonjakan besar, dari peraturan saat ini di seluruh dunia, yang mengharuskan setidaknya dua orang di kokpit setiap saat.
Periset UBS mengakui bahwa pesawat kargo akan lebih mungkin menerapkan konsep pesawat tanpa pilot daripada maskapai penerbangan komersial. “Tidak seperti penumpang, muatan tidak berpikir soal status pilotnya apakah manusia atau robot. Untuk alasan ini, pesawat kargo tanpa pilot bisa diterapkan lebih cepat daripada pesawat penumpang ,” kata laporan tersebut.