Dia adalah sebuah ikon. Muncul di dunia bisnis selagi muda. Dia penuh semangat, inovatif, berani beda dan melawan sistem. Mayoritas dari apa yang dilakukannya menjadi tonggak dan diingat banyak orang. Dia adalah guru untuk bisnis, dan mencapur bisnis dengan passion diri dan kegilaan adalah spesialisasinya. Dialah Sir Richard Branson.
Bayangkan, dia sudah masuk ke industri pesawat terbang saat berusia 33 tahun. Kebanyakan orang masih berada di posisi manajerial dalam karirnya. Branson ketika itu adalah pengusaha sukses bidang musik dan sejumlah bidang usaha kreatif lain. Virgin datang dan langsung menantang pemain lama yang sudah sangat mapan: British Airways. Keduanya bahkan boleh dibilang tidak bisa akur sampai saat ini.
Tetapi bisnis itu lansekap perbukitan yang naik turun. Tahun ini, mereka memprediksi akan mengalami kerugian. Berbeda jauh dengan 2016 saat keuntungan masih bisa dikeruk. Brexit dan penurunan nilai tukar poundsterling menjadi faktor dominan. Sebagian besar pengeluaran Virgin dalam dolar, sementara sebagian besar pendapatannya berupa poundsterling.
“Orang-orang Inggris mengalami kesulitan untuk melakukan perjalanan sekarang. Brexit merusak industri perjalanan, saya hanya berharap semua pihak sadar dengan apa yang akan terjadi, dan sebaiknya semua paham bahwa kondisi ini merusak Inggris Raya dan industri perjalanan,” kata Branson.
Pria eksentrik ini bercerita panjang lebar kepada CNN Monet usai Virgin mendarat untuk pertama kali di Seattle minggu ini. Maskapai ini membuka layanan baru dari London, dan seattle adalah rute baru pertamanya dalam dua tahun terakhir.
Empat tahun yang lalu, Delta Air Lines (DAL) membeli 49% saham Virgin 360 juta dollar AS dari Singapore Airlines. Kemitraan ini memungkinkan Delta dan Virgin untuk secara ketat mengkoordinasikan jadwal dan penetapan harga di seluruh kawasan Atlantik Utara. Misalnya untuk rute baru ini, Virgin mengakhiri penerbangan ke Detroit, lalu semua penumpang tujuan AS akan disambung dengan penerbangan milik Delta. Sementara Delta mengumpulkan penumpang dari seluruh AS yang akan ke London, untuk kemudian dibawa bersama-sama oleh Virgin.
Seattle adalah kota pertama dari tiga penerbangan baru yang diluncurkan oleh Virgin minggu ini, termasuk koneksi dari Manchester ke Boston dan San Francisco. “Kami pasti terbang. Tidak mungkin kami hanya duduk dan diamm,” tambah Branson.
Virgin Atlantic yang mengoperasikan angkutan udara, hanya satu berbagai merek bisnis Virgin Global. Perusahaan induk ini juga bergerak di bidang ponsel, kereta api, hotel, gym, perbankan dan bahkan wisata luar angkasa.
Ekpansi kekairasan Virgin di langit nampaknya akan berbeda mulai 2017 ini. Pada 2009, merek itu masih menyebar ke seluruh pelosok planet. Dia ada di Amerika Utara, Eropa, Australia, Asia dan bahkan Afrika.
Kini, Virgin America telah dimiliki mayoritas oleh Alaska Air. Virgin Australia terus mengkonsolidasikan banyak operasinya karena tekanan bisnis regional. Rute domestik di Inggris juga turun pamornya, sedangkan operasi di Afrika hampir tidak terdengar.
Bagaimanapun, ini adalah era penerbangan murah. Virgin telah mengganti armada besarnya dengan pesawat Boeing dan Airbus bermesin ganda baru. Mereka sedang mengurangi besar-besaran pesawat bermesin empat juga dulu begitu dibanggakan dengan slogan “4 Engines 4 Long Haul.” Virgin juga telah menunda rencana untuk menerbangkan jet superjumbo Airbus A380, dan memilih A350-1000 yang lebih kecil mulai tahun 2019.
Bergandengan dengan Delta, Virgin kini fokus untuk menawarkan penerbangan ekonomi di seluruh Atlantik dan menghubungkan penumpang dari Inggris ke jaringan maskapai AS.