Seorang warga Inggris diusir dari pesawat oleh lebih dari selusin polisi Spanyol. Dia merasa, pengusiran itu terkait dengan tato yang menghiasi wajahnya. Benar atau tidak, sepertinya kasusnya akan masuk ke pengadilan.
Davi Stretton-Mellor bersama istri, anak dan cucunya berada di penerbangan ke Gran Canaria ketika sebuah masalah muncul. Sejumlah penumpang menyatakan, keluarga ini bikin gaduh dengan memukul-mukul kursi. Pesawat tetap terbang seperti biasa, namun kemudian mendarat di Bandara Santiago de Compostella di utara Spanyol. Stretton-Mellor mengatakan, dia yang ketiduran kemudian dibangunkan oleh polisi dan dipaksa meninggalkan pesawat. “Mereka sangat semena-mena kepada kami dan membuat kami merasa seperti sampah,” Stretton-Mellor kepada media.
Stretton-Mellor memang memiliki tato di wajah. Penampilannya tampak beda, dan bagi yang belum terbiasa kadang merasa terganggu. Tato bergaya tribal itu menjadi ciri khas baginya, dan penolakan atas kehadiran dia anggap sebagai bentuk diskriminasi. Dia mengatakan bahwa dia dan istrinya, Kerry-Anne Millerchip, anak perempuan dan menantu mereka, anak-anak dan cucu laki-laki, berusia dua dan tiga tahun, dikeluarkan secara paksa dari penerbangan dari Birmingham ke Las Palmas oleh sekitar 17 polisi.
Polisi, kata Stretton-Mellor , mencengkeram kerah bajunya dan menyeretnya keluar dari tempat duduk, kemudian memaksanya melewati lorong pesawat. Ketika keluarganya memprotes, mereka diberitahu bahwa mereka juga harus meninggalkan pesawat dan polisi pun segera memindahkan mereka.
Insiden ini bermula ketika Stretton-Mellor dan keluarga masuk pesawat dan langsung menuju ke tempat duduk sesuai nomor. Lalu ada perselisihan kecil dan sekelompok penumpang di belakang mereka, kian berisik dan memukul-mukul tempat duduk. “Kami duduk dan dalam lima menit muncul masalah dengan penumpang di belakang kami. Mereka orang Polandia, beberapa pria dan wanita, dan para pria itu memukul-mukul kursi dan berisik,” tambah Stretton-Mellor.
Kedua kelompok penumpang ini sempat bersitegang. Stretton-Mellor mengaku dia hanya ingin melindungi keluarganya dari masalah. Setelah beberapa menit, insiden itu berakhir dan bahkan keluarga Stretton-Mellor sempat tertidur. Sampai kemudian tahu-tahu sejumlah polisi membangunkan dia. Stretton-Mellor baru sadar bahwa pesawat telah turun bukan di bandara tujuan, dan dia dilaporkan untuk sesuatu yang dianggapnya tidak dilakukan sampai polisi mengambil tindakan.
Polisi kata Stretton-Mellor mengatakan bahwa keluarganya tidak bisa kembali lagi ke pesawat. Seluruhnya kemudian dibawa ke terminal dan harus menunggu barang-barang bawaan mereka dikeluarkan dari pesawat. Bahkan ada tas berisi uang dan iPad yang terbawa pesawat Ryanair itu terbang kembali meninggalkan Stretton-Mellor sekeluarga. “Kami benar-benar diperlakukan dengan menjijikkan,” tambah Stretton-Mellor.
Untungnya, di bandara kecil bernama Santiago de Compostella itu, keluarga tersebut bertemu seorang sopir taksi yang ramah. Dari sopir itu, mereka diberitahu bahwa jika ingin memperoleh penerbangan lanjutan, mereka harus pergi ke Bandara A Coruña sejauh 40 dan dari sana barulah mereka bisa mengambil pesawat ke Las Palmas.
Sopir taksi itu kemudian membawa keluarga Stretton-Mellor ke pusat kota untuk mencari penginapan. Keesokan harinya, mereka semua naik bus ke bandara A Coruña dan melanjutkan liburan yang sempat terganggu itu. Stretton-Mellor yakin, semua ini bermula karena para penumpang menganggap dirinya yang punya tato di wajah itu sebagai orang yang menakutkan.