Pasangan orang tua warga Melbourne, Australia mendesak semua maskapai penerbangan berhenti menyediakan kacang untuk snack di udara. Penyebabnya, anak mereka yang berusia tiga tahun mengalami reaksi alergi yang berpotensi fatal di tengah penerbangan.
Pasangan Chris dan Hong Daley sedang dalam perjalanan pulang dari liburan ke Thailand pertengahan Juli 2017 menggunakan Singapore Airlines. Mereka sudah memesan menu tanpa kacang untuk anak mereka, Marcus, yang menderita anafilaksis. Keluarga ini memang menerima makanan khusus, namun mereka tidak menduga penumpang lain akan tetap memperoleh kacang sebagai camilan. Ketika kacang itu dibuka dari bungkusnya, bau semerbak menyebar dan debu lembut dari butiran kacang pun berhamburan di udara.
Chris Daley, yang seorang dokter spesialin pernafasan mengatakan, dua menit kemudian anaknya merasa tidak enak badan. Kondisinya berlanjut dan semakin memburuk. “Ada debu kacang saat penumpang membuka bungkusnya, sebagian dari bau yang Anda bisa cium sebenarnya adalah bagian kecil dari kacang yang terbang di udara,” katanya.
Begitu kacang dimakan para penumpang lain, anak Chris Daley mulai muntah, matanya membengkak dan tidak bisa berbicara dengan benar. Namun dia mengatakan, untungnya keluarga tersebut membawa empat pena adrenalin dan obat anti alergi lainnya, yang dengan cepat membuat situasi terkendali. Ini adalah pertama kalinya Marcus diberi adrenalin untuk mengobati alergi kacangnya.
Chris Daley mengatakan, keluarga lain yang duduk di dekatnya pun mulai panik juga. “Keluarga di belakang kami, terutama sang ibu, menjadi sangat trauma karena dia merasa telah menyebabkan semua ini terjadi. Dia dan anak-anaknya terus-terusan meminta maaf,” tambahnya.
Chris Daley mengatakan bahwa dia khawatir jika ini terjadi pada penumpang lain, maka kondisi tersebut mungkin menyebabkan kematian. Beruntung Daley adalah seorang dokter dan membawa obat yang cukup. Dia bahkan meminta ada perubahan di dunia penerbangan agar tidak muncul korban lagi. Secara khusus, dia meminta Singapore Airlines tidak lagi menyajikan kacang sebagai camilan dalam penerbangan.
Singapore Airlines menanggapi hal ini dengan menyatakan bahwa meskipun mereka tidak menyajikan kacang, tetapi tidak ada jaminan penumpang maskapai itu tidak membawa jenis makanan serupa ke kabin pesawat. Dalam sebuah pernyataan, Singapore Airlines juga meminta maaf kepada keluarga Daley “tas kesusahan yang mereka alami selama penerbangan mereka. “Begitu awak pesawat kami sadar akan situasi, mereka segera mengambil semua paket kacang tanah dari deretan kursi di sekitar keluarga Daley,” kata juru bicara maskapai itu.
Sepuluh tahun yang lalu, Qantas melarang kacang dari semua penerbangan dan loungenya dan membatasi penggunaan kacang dalam makanan. Ini merupakan hasil lobi dari mantan presiden Asosiasi Medis Australia, Dr Mukesh Haikerwal. Dia mengatakan banyak maskapai lain di seluruh dunia memiliki kebijakan serupa, termasuk Air New Zealand. “Maskapai memiliki tanggung jawab untuk membuat kabin mereka aman untuk semua penumpang mereka. Beberapa maskapai Eropa benar-benar membuat kebijakan bebas kacang,” kata Dr Haikerwal.